REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Dalam reaksi resmi atas pengkudetaan pemerintah yang berorientasi Islam di Mesir, Iran pada Ahad (7/7) mengecam campur tangan militer dalam urusan politik di Mesir. Iran juga mengecam penangkapan yang dilakukan oleh Angkatan Bersenjata Mesir.
Dalam satu pernyataan yang dikeluarkan pada Ahad itu, Kementerian Luar Negeri Iran memperingatkan Mesir mengenai apa yang dikatakannya rencana rejim Zionis terhadap rakyat Mesir.
''Kemenlu Iran menyerukan rakyat Mesir agar berhati-hati terhadap rencana Israel dan mengenai penyalahgunaan oleh rejim oportunis (Israel) atas perkembangan belum lama ini di Mesir,'' demikian laporan stasiun tv resmi Iran IRIB.
Kementerian Luar Negeri Iran menyampaikan keprihatinan mengenai penangkapan baru-baru ini atas sejumlah tokoh politik di Mesir. Iran pun mendesak dilakukannya cara-cara demokratis guna menyelesaikan krisis di negara Arab Afrika itu.
''Pernyataan tersebut mengatakan kerusuhan telah mengakibatkan kekerasan dan membahayakan solidaritas dalam negeri dan persatuan nasional di Mesir,'' demikian laporan Xinhua yang dipantau Antara di Jakarta pada Senin.
Presiden terpilih Mesir, Muhammad Mursi, dikudeta pada Rabu (3/7) oleh Angkatan Bersenjata Mesir setelah protes di seluruh negeri tersebut guna menentangnya. Setelah itu, Mursi dan beberapa pemimpin Ikhwanul Muslimin ditahan oleh militer.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Abbas Araqchi, mengatakan kepada kantor berita IRNA bahwa campur tangan militer yang mengakibatkan penggulingan Mursi adalah tindakan yang tidak layak.
Juru bicara Iran tersebut menyatakan demokrasi jalanan tidak mendukung bagi demokrasi dan bukan cara yang layak bagi militer untuk mencampuri urusan politik serta menggulingkan pemerintah yang memperoleh wewenang melalui pemilihan umum.