REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Fasli Jalal mengatakan program revitalisasi kependudukan sudah mulai tampak.
Fasli yang baru dilantik Juni 2013 ini menjelaskan, keberhasilan ini bisa dilihat dari angka penduduk usia 0-4 yang mengecil. "Angkanya mengecil dibanding usia 5-9 tahun," ujarnya saat berkunjung ke Harian Republika, Senin (8/7).
Fasli menambahkan meski mengecil, namun jumlah total angka balita usia 0-4 dan 5-9 tahun masih cukup besar. "Mencapai 45 juta," ujarnya. kelompok usia ini masih menjadi perhatian serius BKKBN karena belum usia produktif. Salah satu tantangan usia balita dan anak-anak adalah mereka tergantung pada angka usia kerja umur 15-64 tahun.
Selain itu, usia remaja 15-24 tahun tak luput dari program-program utama BKKBN. Pada golongan usia ini, ujar Fasli, berbagai masalah sosial kerap muncul. "Mulai dari kenakalan remaja, narkoba, seks bebas. Ini harus diperhatikan," tuturnya.
Kelompok usia lanjut usia (lansia) 64 tahun ke atas juga tak bisa dikesampingkan. Jumlahnya yang mencapai 18 juta saat ini akan melonjak tiga kali lipatnya dalam 15 tahun ke depan. "tahun 2050 jumlahnya bisa mencapai 80 juta," ungkap mantan wakil menteri pendidikan ini.
Yang kerap menjadi persoalan lansia di Indonesia adalah faktor kesehatan dan ketegaran fisik. Fasli mengaku tiga kelompok usia dari balita, remaja dan lansia menjadi prioritas program BKKBN ke depannya.