REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Partai Annur, sayap politik Gerakan Islam Salafi yang mendukung kudeta militer pelengseran Presiden Muhammad Mursi, memperingatkan perang saudara menyusul pembantaian di tempat Mursi ditahan.
"Penembakan itu sangat berbahaya dan bisa memicu perang saudara," kata Sekretaris Jenderal Partai Annur, Shaban Abdul Alim, merujuk pada penembakan di Kantor Garda Republik, tempat Mursi ditahan, pada Senin.
Partai Annur mengutuk keras atas penembakan itu dan menjulukinya sebagai pembantaian manusia. Mereka menyatakan menarik diri dari dukungan terhadap presiden transisi Adly Mansour.
Annur adalah kubu Islam yang berada di urutan kedua meraih suara terbanyak dalam pemilihan parlemen tahun lalu.
Kementerian Kesehatan secara resmi mengumumkan 34 orang tewas. Namun, Satuan Media Lapangan di Rumah Rabiah Adawiyah memastikan jumlah korban meningkat jadi 52 orang dan ratusan orang lagi cedera.
Militer mengatakan seorang perwira tentara gugur dalam bentrokan tersebut.
Militer mengatakan mereka diserang oleh pengunjuk rasa sehingga terpaksa melepaskan tembakan gas air mata untuk membubarkan masa. Sumber medis mengatakan kebanyakan korban akibat tembakan senjata api.
"Tindakan operasi sedang dilakukan untuk mengeluarkan peluru yang bersarang di kepala dan dada beberapa korban," kata sumber itu.
Mohamed Beltaghi, seorang petinggi Ikhwanul Muslimin yang mengaku berada di tempat kejadian, mengatakan penembakan itu terjadi usai shalat subuh. "Kami diserang mula-mula dengan tembakkan gas air mata yang sangat tebal dan kemudian disusul rentetan tembakan senjata api," katanya.
Ketua Partai Masr Al Qawi, Abdel Monem Abul Fatuh, mengutuk keras dan menyebut penembakan itu sebagai tragedi kemanusiaan.