Senin 08 Jul 2013 15:48 WIB

Gobel Gandeng Investor Jepang Ekspansi Bisnis Penggilingan Beras

Para pekerja di sebuah penggilingan gabah menjemur dan membersihkan gabah kering.
Foto: Antara
Para pekerja di sebuah penggilingan gabah menjemur dan membersihkan gabah kering.

REPUBLIKA.CO.ID, HIROSHIMA -- Kelompok usaha Gobel menggandeng produsen penggilingan beras terbesar dari Jepang, Satake, untuk mengembangan bisnis di sektor pertanian guna mendukung ketahanan pangan nasional.

"Tahap awal kami membentuk perusahaan patungan, untuk penjualan mesin penggilingan beras di Indonesia," kata Pimpinan Grup Gobel, Rachmat Gobel, usai penandatangan kerja sama kedua perusahaan di Hiroshima, Jepang, Senin (8/7).

Penandatangan dilakukan antara Pemimpin Grup Gobel, Rachmat Gobel dengan Pemilik dan CEO Satake Corp, Toshiko Satake untuk membentuk PT Satake Gobel Indonesia. "Total investasinya tidak besar, yaitu satu juta dolar AS, karena hanya merupakan perusahaan pemasaran," kata Rachmat yang juga Preskom PT Panasonic Gobel Indonesia.

Grup Gobel melalui anak perusahaannya PT Gobel Luwia Investama, menanamkan investasi sebesar 400 ribu dolar AS, sedangkan Grup Satake melalui perwakilannya di Thailand (Satake International Bangkok) menanamkan investasi 600 ribu dolar AS. Perusahaan patungan tersebut akan berlokasi di Surabaya, Jawa Timur dan beroperasi mulai Januari 2014.

"Target kami ke depannya, dalam 5-10 tahun, membangun pabrik penggilingan beras di Indonesia," kata wakil ketua umum Kadin Indonesia Bidang Infrastruktur itu.

Hal itu dinilai Rachmat yang juga anggota Komite Inovasi Nasional (KIN) sangat penting agar mesin yang dihasilkan menjadi lebih murah, dan mampu membantu petani menghasilkan beras dengan efisiensi tinggi dan bisa masuk pasar kelas menengah atas. Mesin penggilingan Satake, kata dia, mampu menghasilkan beras dari padi dengan tingkat kerusakan/pecahan yang sangat rendah, sekitar lima persen.

Hal senada dikemukan GM Divisi Bisnis Asia Satake Corp, Yoshimasa Tomoyasu. Ia menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia yang bagus dengan jumlah penduduk yang besar merupakan peluang bagi perusahaannya. "Selama ini mesin yang dipasarkan di Indonesia diimpor dari Thailand. Bila permintaan di Indonesia terus meningkat, produksi di Thailand akan mengalami kekurangan, di situlah kami akan membangun pabrik di Indonesia," katanya.

Satake, lanjut dia, sudah memasarkan produknya di Indonesia sejak 40 tahun lalu, Namun ia tidak bisa memastikan kapan rencana pengembangan pabrik itu akan direalisasi. "Tapi rencana ke arah sana sudah ada," ujar Tomoyasu.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement