Rabu 10 Jul 2013 10:40 WIB

Nelayan Di Batam Lebih Suka Gunakan Dolar Saat Bertransaksi

Nelayan.   (ilustrasi)
Foto: Antaa
Nelayan. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BATAM -- Para nelayan di pulau-pulau pesisir di Kota Batam, Kepulauan Riau, ternyata lebih memilih untuk menggunakan mata uang dolar Singapura saat melakukan transaksi jual beli ikan dan kebutuhan pokok. "Bayar ikannya pakai dolar. Beli-beli bahan kebutuhan juga pakai dolar (Singapura)," kata seorang pengumpul ikan Pulau Terung Asman Usman di Batam, Rabu (10/7).

Umumnya, ikan hasil nelayan Kota Batam langsung dijual ke Singapura menggunakan mata uang negara jiran itu. Karenanya, pengumpul ikan membayar nelayan menggunakan dolar Singapura.

"Itu sudah sejak dulu, dari zaman nenek moyang kita dulu," ungkap Asman.

Menurut dia, membayar ikan menggunakan dolar Singapura lebih praktis ketimbang harus menukarkan dulu ke rupiah. Bahkan kadang, jika tidak ada rupiah, maka belanja kebutuhan sehari-hari seperti gula dan beras juga menggunakan dolar Singapura yang nilainya dikonversikan.

Ia mengatakan karena di pulau-pulau jarang ada gerai penukaran uang, maka nelayan mengumpulkan penghasilannya hingga beberapa ribu dolar Singapura, baru kemudian menukarkannya ke Pulau Belakang Padang atau Batam. "Kalau sudah terkumpul 4.000 dolar Singapura, baru ke Batam, atau ke Belakang Padang," kata dia.

Salah satu istri nelayan, Asniah mengatakan seluruh hasil tangkapan nelayan dibayarkan menggunakan dolar Singapura. Karenanya, untuk transaksi kebutuhan hidup sehari-hari terkadang menggunakan mata uang negara jiran itu. "Bagaimana, kita pegang dolar," kata dia.

Sayangnya, nilai konversi dolar Singapura terhadap rupiah di pulau relatif lebih rendah dibanding yang ditetapkan secara resmi oleh Bank Indonesia (BI). Saat ini saja contohnya, 1 dolar Singapura di BI dihargai lebih dari Rp 7.900, sementara di kalangan nelayan 1 dolar Singapura hanya dinilai Rp 7.700.

Sebelumnya, Sekretaris Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia Kota Batam Firman, mengatakan nelayan di kota itu lebih memilih menjual hasil tangkapannya ke Singapura karena harga jual ikan segar ke Singapura bisa dua kali lipat dibanding nilai lokal. "Ini terjadi sejak dulu. Harga di Singapura lebih tinggi," katanya seraya menambahkan bahwa segala jenis ikan, udang dan hasil laut lainnya diekspor nelayan ke negara jiran melalui koperasi-koperasi.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement