REPUBLIKA.CO.ID, Tahun 2013 Sudah Delapan Remaja Perempuan Dibunuh karena Hamil
YOGYAKARTA - Kehamilan remaja sangat penting mendapatkan perhatian. Sebab, dampak kehamilan remaja ini dasyat. Dalam hal kesehatan kehamilan pada usia remaja lebih rentan dua kali lipat dibandingkan kehamilan pada usia dewasa.
Hal itu dikemukakan Peneliti dari Australian Demographic & Social Research Institute Australian National University
(ADSRI ANU) Iwu Utomo dalam workshop tentang 'Kehamilan Remaja yang diselenggarakan BKKBN, PKBI dan UNFPA dalam rangka Hari Kependudukan Sedunia', di Benteng Vredenburg Yogyakarta, Rabu (10/7).
Remaja hamil kemungkinan meninggal dan komplikasi lebih tinggi, mendapat stigma dari masyarakat, dilecehkan, tidak bisa melanjutkan sekolah. Dalam UU Kependudukan sendiri tidak memberikan fasilitas pelayanan kesehatan reproduksi remaja.
Dari informasi yang dia peroleh dari berbagai media massa di Indonesia, selama tahun 2013 ini saja sebanyak delapan remaja perempuan dibunuh hanya karena hamil dan meminta pacarnya bertanggung jawab. Baru-baru ini saja sudah ada dua remaja perempuan di Yogyakarta yang dibunuh oleh pacarnya karena hamil.
Iwu mengungkapkan dari penelitiannya di Jakarta, Bekasi dan Tangerang menunjukkan hubungan seks pranikah cukup tinggi, yakni untuk laki-laki sebanyak 16 persen dan perempuan sebanyak 7 persen.
"Jadi mereka sudah melakukan hubungan seks sebelum menikah dan hanya 32 persen dari mereka yang menggunakan kondom saat berhubungan seks," kata dia.
Jadi, masih kata Iwu, berapa banyak mereka yang berhubungan seks di luar nikah yang bisa terkena HIV/ AIDS, penyakit seksual, mengalami kehamilan di usia remaja.
"Remaja yang hamil terutama di Indonesia sangat sendirian. Dia harus memecahkan masalahnya sendiri. Padahal jumlah remaja di Indonesia lebih dari 63 juta jiwa. Jadi masalah kehamilan remaja ini masalah rumit," ungkap dia.
Sementara itu Perwakilan UNFPA untuk Indonesia Jose Ferraris mengatakan kehamilan remaja ini bukan semata persoalan kesehatan.
"Kita perlu melihat bahwa isu kehamilan remaja ini berkaitan dengan kemiskinan, ketidaksetaraan gender, kekerasan, kawin paksa, ketimpangan dalam relasi kuasa antara remaja perempuan dan pasangannya, kurangnya pendidikan dan kegagalan sistem dan institusi yang seharusnya melindungi hak-hak mereka.
Mereka yang hamil sebelum siap memulai keluarga sering menjadi korban ganda. Di samping mereka mendapatkan stigma dan penolakan dar keluarga dan masyarakat, mereka juga kesulitan untuk mendapatkan dukungan yang mereka dan anak-anak mereka butuhkan untuk bangkit atau bahkan sekedar bertahan hidup," kata Jose menjelaskan.