Rabu 10 Jul 2013 20:27 WIB

Budaya Merokok Tak Perlu Dilestarikan

Merokok (Ilustrasi)
Foto: AP
Merokok (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aktivis Komisi Nasional Pengendalian Tembakau (Komnas PT), dr Hakim Sorimuda Pohan mengatakan, merokok adalah budaya yang tak harus dipertahankan karena merokok adalah pilihan cara mati secara perlahan.

"Nikotin yang dikandung rokok adalah rajanya zat adiktif. Hasil penelitian menyatakan rokok menyebabkan kanker, gangguan usus, kelenjar liur, mempercepat menopause dan gangguan fungsi ovarium," kata Hakim Sorimuda Pohan di Jakarta, Rabu (10/7).

Hakim menjadi pembicara dalam 'Capacity Building' kepada kelompok perempuan tentang pengendalian tembakau yang diadakan Kongres Wanita Indonesia (Kowani). Ia mengatakan, tembakau bahan baku rokok bukanlah tanaman asli Indonesia. Tembakau mulai diperkenalkan oleh Belanda melalui VOC atau Kompeni.

"Tanaman asli Nusantara adalah rempah-rempah. Jadi tidak benar kalau tembakau dan merokok adalah tanaman dan budaya asli Indonesia," tuturnya.

Hakim mengatakan merokok juga telah melanggar sila kedua Pancasila, Kemanusiaan yang adil dan beradab, karena merokok telah melanggar adab karena membahayakan manusia.

Selain Hakim, Sorimuda Pohan, pembicara dalam 'capacity building' itu adalah Ketua Kaukus Kesehatan DPR Sumarjati Arjoso dan aktivis Lingkar Studi CSR Indonesia Jalal.

Ketua Umum Kowani, Dewi Motik Pramono mengajak perempuan Indonesia tidak tinggal diam dan pasrah menjadi salah satu korban rokok. "Asap rokok sangat berbahaya. Merusak masa depan bangsa. Anak-anak kitalah korban rokok selanjutnya," katanya.

Dewi mengaku prihatin terhadap masyarakat Indonesia yang sangat permisif dengan rokok. Amerika Serikat, yang industri rokoknya begitu berkuasa, saja akhirnya bisa menghentikan produksi rokoknya. "Yang kurang ajar, pabrik rokok Amerika pindah ke Indonesia. Saya juga kecewa dengan wakil rakyat di DPR yang digaji dengan uang rakyat, malah membela kepentingan industri rokok," tuturnya.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement