REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Rusia mengajukan bukti kepada PBB yang menunjukkan militan Suriah menyerang pasukan rezim dengan gas sarin yang diproduksi di industri rumahan. Duta Besar Rusia, Vitaly Churkin mengatakan ahli Rusia telah ke tempat serangan di Khan al-Assal dekat Aleppo dan mengumpulkan bukti langsung.
Churkin mengatakan serangan itu menewaskan 26 orang, termasuk 16 personel militer, dan melukai 86 lainnya. Militan menyalahkan pasukan pemerintah atas serangan tersebut.
Sampel diambil dari tempat terdampak dimana proyektil gas saraf dianalisis di laboratorium Rusia oleh Organisasi Pelarangan Senjata Kimia. Dia mengatakan analisis menunjukkan roket Basha'ir yang menghantam Khan al-Assal bukan senjata kimia standar militer.
Sampel yang mengindikasikan sarin dan proyektil diproduksi di skala industri rumahan. Dia menambahkan informasi yang dikumpulkan Rusia menyatakan produksi proyektil dimulai pada Februari oleh brigade Basha'ir al-Nasr yang berafiliasi dengan Tentara Pembebasan Suriah.
Aksi Rusia berisiko menyalakan sengketa internasional atas penggunaan senjata kimia dalam perang Suriah yang menurut keterangan PBB telah menewaskan 100 ribu orang. Amerika Serikat menolak klaim Rusia ke PBB tersebut.
"Kami melihat belum ada bukti selain pemerintah Surian yang memiliki kemampuan menggunakan senjata kimia atau telah menggunakan senjata kimia," ujar Juru Bicara Gedung Putih, Jay Carney seperti dikutip Al-Jazeera, Rabu (10/7).
Pemerintah Suriah menolak tim inspeksi PBB masuk ke negara tersebut. Namun, pekan ini mereka mengundang pejabat PBB untuk membicarakan penyelidikan.