REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua MPR Mahyudin meminta pemerintah untuk kembali mempertimbangkan usulan redenominasi atau penyederhanaan nilai nominal uang. Mahyudin mengatakan, hal tersebut perlu dilakukan terkait melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.
"Nominal uang kita itu kan terlalu besar. Jadi mungkin perlu disederhanakan tanpa mengurangi nilai. Seribu jadi satu rupiah. Beda dengan zaman orde lama yang uang dipotong," kata Mahyudin di Kompleks Parlemen, Jakarta, Jumat (13/3).
Mahyudin menilai, redenominasi perlu dipertimbangkan untuk dilakukan lantaran nilai tukar rupiah yang semakin tak bernilai, apalagi jika dibandingkan dengan dolar Amerika Serikat.
"Karena kalau kita kita tukar uang, rasanya uang Indonesia udah paling kecil nilai tukarnya. Satu dolar sudah 13 ribu. Kalau udah dijadikan seribu satu rupiah, jadi satu dolar cukup 13 rupiah. Lebih sederhana. Saya kira itu perlu dikaji kembali oleh yang berwenang, oleh Bank Indonesia untuk mengkaji itu kembali," jelasnya.
Politikus Golkar ini pun meminta pemerintah untuk bertindak dengan cermat dan hati-hati dalam menyikapi melemahnya nilai tukar rupiah saat ini. Jangan sampai, lanjut Mahyudin, muncul dampak yang luas kepada masyarakat.
"Karena ini juga nanti akan berdampak pada ekonomi, pada rakyat secara luas. Kan kita psikologisnya udah agak ketar ketir. Para investor bilang jangan sampai 15 ribu lah kalau enggak kan agak mengganggu terhadap ekspor impor kita. Mudah-mudahan bisa menguat," kata Mahyudin.