Tuesday, 17 Jumadil Awwal 1446 / 19 November 2024

Tuesday, 17 Jumadil Awwal 1446 / 19 November 2024

Belajar Pancasila dari Kisah Pandawa Lima

Ahad 31 May 2015 12:40 WIB

Rep: c82/ Red: Dwi Murdaningsih

Pagelaran wayang kulit di halaman kantor wali kota Blitar, Sabtu (20/5).

Pagelaran wayang kulit di halaman kantor wali kota Blitar, Sabtu (20/5).

Foto: MPR

REPUBLIKA.CO.ID, BLITAR -- MPR bersama Pemerintah Kota Blitar menggelar pagelaran wayang kulit di halaman Kantor Wali Kota Blitar, Jawa Timur. Pagelaran wayang dibawakan oleh dalang Ki Cahyo Kuntadi dengan mengambil lakon Pandowo Boyong.

Ki Cahyo menyebutkan, lakon Pandowo Boyong menceritakan tentang Pandawa Lima dalam membangun sebuah negara. Inti cerita, lanjutnya, adalah bagaimana Pandawa Lima setelah memenangkan Perang Baratayuda berpindah (boyong) ke negara Astina yang saat itu dalam keadaan memprihatinkan.

"Pandawa bertekad untuk mengembalikan kondisi Negara Astina, mewujudkan negara yang adil dan makmur dengan kembali mengingat, mempelajari dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila," kata Ki Cahyo, Sabtu (30/5) malam.

Ki Cahyo mengatakan, Pandawa Lima merupakan simbol Pancasila. Pertama, Kuntodewo sebagai simbol ketuhanan yang maha Esa. Kedua, Werkudoro sebagai simbol sila kedua kemanusiaan yang adil dan beradab. Ketiga, Arjuno sebagai simbol persatuan bangsa. Keempat, Nakula sebagai simbol sila keempat perwakilan rakyat. Kelima, Sadewa sebagai simbol keadilan sosial.

Jika dikaitkan dengan keadaan saat ini, Ki Cahyo mengatakan, lakon tersebut memiliki pesan agar masyarakat mengamalkan isi Pancasila dalam kehidupan sehari-hari dan setiap saat.

"Sila pertama, ibadah dan toleransi tanpa mengganggu agama lain, diskriminasi, kedua, sebagai manusia tetap gotong royong dan lainnya untuk menciptakan kondisi rukun di masyarakat," jelasnya.

"Tiga, persatuan, walau beda suku, agama, ras, kita tetap satu. Empat, musyawarah mufakat, kemudian yang duduk di bangku dewan agar betul menjalankan apa yang diamanatkan. Lima, betul-betul adil. Misal, jangan sampai hukum tajam ke bawah, tumpul ke atas," ujar Ki Cahyo lagi.

Sementara itu, Wakil Ketua Badan Pengkajian MPR TB Hasanudin mengatakan, dalam kehidupan, nilai-nilai luhur Pancasila menjadi pakem yang harus selalu ada, termasuk dalam membina serta mengelola bangsa dan negara.

"Pemerintah, elit politik juga harus punya pakem yang diwujudkan dalam etika politik, ekonomi, hukum yang diajarkan oleh Pancasila yang nilai-nilainya digali Bung Karno," ujar dia.

  • Komentar 0

Dapatkan Update Berita Republika

BERITA LAINNYA

 
 
 
Terpopuler