REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua MPR Zulkifli Hasan mengucapkan selamat datang saat Duta Besar Kanada untuk Indonesia Donald Bobaish saat berkunjung ke ruang kerjanya, Lt. 9, Gedung Nusantara III, Komplek Gedung MPR/DPR/DPD, Senin (7/9). "Terima kasih atas kedatangan yang mulia," ujarnya.
Menurut Zulkifli hubungan antara Indonesia dan Kanada tidak hanya antarpemerintah namun juga antarparlemen. Untuk meningkatkan hubungan antarparlemen, Zulkifli menginginkan agar Parlemen Kanada berkunjung ke Indonesia.
Dipaparkan pria yang juga Ketua Umum PAN itu, meski mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam, namun pemeluk Islam di Indonesia berbeda dengan pemeluk Islam di negara lain terutama Timur Tengah. "Kami ingin mengundang Parlemen Kanada agar tahu persis bagaimana Islam di sini," ujarnya.
Di Indonesia, menurut Zulkifli, antaragama bisa hidup berdampingan, rumah ibadah juga saling berdekatan, semua tak masalah. Diungkapkan di Jakarta, Gubernurnya adalah orang keturunan Tionghoa, sedang di NTT, Ketua DPRD-nya adalah Muslim.
Hal demikian sebuah bukti adanya toleransi dalam kehidupan. Meski demikian Zulkifli mengakui masih ada masalah-masalah kerusuhan yang bernuansa suku dan agama seperti di Tolikara, Papua. Hal demikian diakui sebagai sebuah ketaksempurnaan hidup. "Untuk itu kita teruskan nilai-nilai Pancasila," ujarnya.
Sebagai Ketua MPR, Zulkifli memaparkan bahwa lembaganya mempunyai tugas penting yakni mengawal ke-bhineka-an. Apapun suku dan agama di republik ini menurut Zulkifli memiliki hak yang sama, tak ada undang-undang yang mendiskriminasi satu pihak.
Soal keragaman suku dan agama, bagi Zulkifli, sudah selesai sejak Indonesia merdeka. Tantangan yang dihadapi saat ini adalah soal kemiskinan, peningkatan sumber daya manusia, serta mengejar ketertinggalan dengan bangsa lain, seperti Kanada. "Itulah tantangan kami dan itu tugas MPR," ujarnya.