REPUBLIKA.CO.ID, BALI -- Ketua MPR Zulkifli Hasan meminta pengusaha China tidak perlu khawatir berinvestasi di Indonesia. Sebab, Indonesia memilki Pancasila yang mengandung nilai cinta kasih.
"Inti dari Pancasila adalah cinta kasih. Kalau diperas, Pancasila berarti gotong royong dan kekeluargaan," kata Zulkifli dalam sambutan pada jamuan makan malam bagi peserta Konvensi Dunia Pengusaha China ke-13 (World Chinese Entrepreneurs Convention) di Nusa Dua, Bali, Jumat 25 September 2015.
Konvensi ini diikuti sekitar 3.000 pengusaha China yang tersebar di berbagai belahan dunia. Jamuan makan malam itu dihadiri Presiden kelima Megawati Soekarnoputri dan Menteri PAN dan Reformasi Birokrasi Yuddy Chrisnandi.
Zulkifli mengatakan bahwa Indonesia sedang dalam proses kematangan demokrasi. "Tak perlu khawatir untuk berinvestasi di Indonesia. Demokrasi Indonesia matang. Rakyatnya ramah," ujarnya.
Indonesia, kata Zulkifli, memiliki potensi sangat besar. "Jumlah penduduknya 250 juta, memilki potensi ekonomi yang besar," ujar dalam siaran persnya kepada Republika.co.id.
Zulkifli yakin bila pengusaha China dan pengusaha nasional bekerjasama maka ekonomi Indonesia bisa maju. Pada gilirannya bisa memajukan dunia. "Sudah saatnya kita bersama memajukan Indonesia," tuturnya.
Di depan pengusaha China, Zulkifli mengagumi kemajuan yang diraih negara Tirai Bambu itu. "Saya baru pulang dari Tiongkok. Kemajuan Tiongkok sangat pesat," ungkapnya.
Dia memberi contoh China sudah bisa membuat kapal induk, pesawat terbang, kereta api cepat. "Mereka maju karena berpikir maju, berperilaku seperti negara maju," ujarnya.
Pada tahun 80-an, lanjut Zulkifli Hasan, Tiongkok dan Indonesia hampir sama. Tetapi, sekarang Indonesia tertinggal jauih. "Karena itu sudah saatnya Indonesia - Tiongkok bekerjasama memajukan ekonomi Indonesia," ucapnya.
Pengusaha China perantauan yang tersebar, Zulkifli menambahkan, mempunyai ciri khas, yaitu kompak, kuat, dan menjaga hubungan dengan negara asalnya. "Berbeda dengan negara Barat, pengusaha Tiongkok yang merantau tidak menjajah melainkan membawa bisnis dan budaya. Ini memberi manfaat pada penduduk setempat," katanya.