Thursday, 30 Rabiul Awwal 1446 / 03 October 2024

Thursday, 30 Rabiul Awwal 1446 / 03 October 2024

MPR: Hari Pahlawan Jangan Hanya Upacara dan Tabur Bunga

Senin 09 Nov 2015 23:43 WIB

Rep: Eko Supriyadi/ Red: Ilham

Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid saat melakukan kunjungan di Kantor Harian Republika, Jakarta, Senin (9/11).

Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid saat melakukan kunjungan di Kantor Harian Republika, Jakarta, Senin (9/11).

Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua MPR, Hidayat Nur Wahid menyatakan, peringatan hari pahlawan setiap 10 November jangan hanya sekedar seremonial semata. Tapi, peringatan hari pahlawan harus mampu mengajak seluruh elemen bangsa, terutama generasi muda untuk mengingat dan menanamkan jiwa-jiwa kepahlawanan para pahlawan.

''Jangan sampai Hari Pahlawan diperingati sebatas upacara dan tabur bunga,'' kata Hidayat saat berkunjung ke Kantor Harian Republika, Senin (9/10).

Politisi PKS itu menilai, negara mesti betul-betul memaksimalkan momentum ini untuk menyegarkan kembali tentang sejarah dan perilaku kepahlawanan untuk kemajuan Indonesia.

Sehingga harus dimaksimalkan mulai dari pemerintah pusat, daerah, sekolah, hingga kampus-kampus. Komponen-komponen tersebut penting untuk diajak memaknai hari pahlawan sesuai dengan kemampuan dan logika mereka.

''Tapi intinya adalah menanamkan jiwa kepahlawanan,'' ujar dia.

Dalam konteks saat ini, Hidayat menuturkan pentingnya untuk mengangkat tokoh-tokoh yang dianggap sebagai pahlawan, karena memang menunjukan perilaku dan nilai-nilai yang layak untuk dihormati.

Misalnya, lanjut dia, jika bicara kedaruratan kejahatan terhadap anak, yang menjadi pahlawan adalah mereka yang menyelamatkan anak-anak dari kejahatan ini. Lalu darurat asap, siapa yang punya pengaruh dalam penyelesaian masalah asa. Begitu juga darurat narkoba dan korupsi.

''Jadi figur yang menjawab dan menginspirasi permasalahan yang sedang terjadi,'' kata Hidayat.

Menurut Ketua MPR periode 2009-2014 itu mengungkapkan, para pahlawan hidup secara kontekstual dan pada kondisi yang sulit, mereka tetap bisa tampil mengatasi masalah.

Oleh karena itu, ia meminta hari-hari besar yang telah ditentukan negara, harus dijaga menjadi momentum besar untuk membangkitkan komitmen kepada kemajuan bangsa dan negara. Jadi, negara harusnya membesarkan hari-hari yang penting.

''Jangan sampai seperti hari Sumpah Pemuda yang tidak ada peringatannya, padahal itu merupakan tonggak yang luar biasa,'' jelas dia.

  • Komentar 0

Dapatkan Update Berita Republika

BERITA LAINNYA

 
 
 
Terpopuler