REPUBLIKA.CO.ID, SUMEDANG -- Anggota MPR RI dari Kelompok DPD RI Ghazali Abbas Adan berpendapat, di samping revolusi mental, sekarang ini pemimpin perlu juga revolusi iman.
Sebab, di Indonesia banyak sekali contoh-contoh pemimpin yang ketika berkampanye menggunakan simbol-simbol agama, namun setelah terpilih malah korupsi.
"Revolusi mental dan revolusi iman, dua-duanya harus kita sokong," kata Ghazali, ketika berbicara di depan peserta Kemah atau Jambore Empat Pilar di Bumi Perkemahan Mashudi, Jatinangor, Semedang, Jawa Barat, akhir pekan lalu.
Sekarang ini, kata Ghazali, banyak orang yang mengaku bertuhan, dan mengaku beriman. Tapi perilaku kesehariannya terkesan Tuhan tidak bersama mereka.
"Itulah inti sebenarnya revolusi mental yang dicanangkan oleh Presiden Jokowi," ujarnya.
Ia mengatakan, Revolusi Mental pada dasarnya punya tujuan agar orang disiplin, orang bekerja dengan sungguh-sungguh, dan sebagainya. Tapi, lebih dari itu, menurut Ghazali, dalam konteks Pancasila perlu juga Revolusi Iman.
Revolusi Iman bermakna bahwa setia orang harus yakin seyakin-yakinnya apa yang dikerjakan, dimana pun berada, dan siapa pun mereka, selalu ada yang mengontrol, yaitu Allah SWT. Dengan demikian, secara perlakuan orang akan menjadi lebih baik.
Jadi, lanjut dia, kalau setiap orang punya iman seperti itu, niscaya mereka tidak akan menjadi pesakitan di depan KPK. "Karena itu, Revolusi Iman tidak hanya untuk anak-anak muda, tapi juga buat para pemimpin bangsa," ujar senator dari Provinsi Aceh ini.