REPUBLIKA.CO.ID, KUDUS -- MPR RI bekerjasama dengan Dinas Parawisata dan Kebudayaan Kabupaten Kudus menggelar Sosialisasi 4 Pilar (Pancasila, UUD RI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika) melalui pementasan seni budaya wayang kulit di Museum Kretek, Kabupaten Kudus Jawa Tengah, dengan lakon “Kresno Gugah.” Lakon ini dimainkan oleh kerabat dalang Anom Suroto yang berasal dari Surakarta, yaitu dalang Ki Jatmiko Anom Suroto Putro.
Bupati Kabupaten Kudus dalam sambutan tertulisnya yang disampaikan oleh Budi Rahmat Asisten Ekonomi dan Pembangunan, menyebut pagelaran wayang yang dihadiri anggota MPR ini adalah bentuk kepedulian MPR terhadap budaya warga, untuk membangun karakter dan mentalitas masyarakat Kudus.
''Saya berharap sosialisasi Empat Pilar dalam bentuk wayang kulit ini, tidak hanya menyentuh kulitnya saja tapi harus sampai kehati kehidupan berbangsa,'' kata Budi, Kudus, Jawa Tengah, Sabtu (29/11) malam.
Sementara, Kepala Biro Humas MPR Ma’ruf Cahyono, selaku ketua Panitia Pelaksana Pementasan Wayang ini dalam laporannya menyatakan, Sosialiasi 4 Pilar MPR melalui pagelaran seni budaya tradional (wayang) di Kudus ini adalah salah satu metode yang digunakan MPR dalam menyosialisasikan 4 Pilar.
Sebelumnya, MPR juga telah menyelenggarakan seni budaya di berbagai daerah di Indonesia, dan tidak hanya wayang, tetapi dengan seni budaya yang disesuaikan dengan daerah setempat. Menurut Ma’ruf, wayang merupakan metode sosialisasi yang efektif.
Maka, ia berharap, pesan-pesan 4 Pilar MPR yang disampaikan melalui dalang dalam pagelaran ini. ''Tidak hanya sekadar tontonan tapi juga harus diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari,'' ujar Ma'ruf.
Daryatmo Mardiyanto (Anggota MPR dari Fraksi PDI Perjuangan), yang membuka secara resmi pagelaran wayang ini dengan menyerahkan tokoh wayang kepada dalang Ki Jatmiko Anom Suroto Putro berpendapat, sosialisasi 4 Pilar MPR melalui seni budaya wayang di museum Kretek ini adalah tepat.
Wayang sangat dekat dengan masyarakat Jawa dalam kehidupan sehari-hari. Nah, dengan pagelaran atau ajakan melalui seni budaya wayang, diharapkan ideologi Pancasila yang ingin disampaikan dengan mudah dapat dicerna dan betul-betul bisa diserap oleh masyarakat.
''Apalagi, wayang termasuk seni budaya yang dibuat oleh masyarakat di Jawa, khususnya Kudus,'' ucap Daryatmo.