Saturday, 25 Rajab 1446 / 25 January 2025

Saturday, 25 Rajab 1446 / 25 January 2025

Kunjungi Vatikan, Zulkifli 'Pamer' Keberhasilan Indonesia Jaga Kerukunan

Jumat 29 Apr 2016 13:37 WIB

Rep: Eko Supriyadi/ Red: Achmad Syalaby

Ketua MPR mengunjungi Vatikan.

Ketua MPR mengunjungi Vatikan.

Foto: MPR

REPUBLIKA.CO.ID, VATIKAN -- Ketua MPR RI Zulkifli Hasan, melakukan kunjungan resmi ke negara Takhta Suci Vatikan. Kunjungan tersebut bertujuan untuk memperkuat upaya Indonesia dan Vatikan dalam mempromosikan dialog antarumat beragama (interfaith dialogue). 

Dalam kunjungan yang juga disertai Dubes RI untuk Takhta Suci, A Agus Sriyono, delegasi MPR RI diterima oleh Presiden Dewan Kepausan untuk Dialog Antarumat Beragama Kardinal Jean-Louis Tauran.

Di dalam pertemuan tersebut, Zulkifli mengungkapkan seputar kehidupan dan kerukunan antarumat beragama di Indonesia yang dilandasi prinsip Bhinneka Tunggal Ika. Kepada Kardinal Tauran, ia mengatakan Indonesia cukup berhasil mempertahankan kerukunan antarumat beragama sampai saat ini, meskipun masih ada riak-riak intoleransi. 

Indikatornya, lanjut Zulkifli, pemilihan ataupun penunjukan pejabat publik di Indonesia tidak memprasyaratkan latar belakang agama seseorang. Hal ini disebabkan konstitusi Indonesia menjamin adanya persamaan hak dan kewajiban semua warga negara Indonesia di hadapan hukum dan pemerintahan.

Zulkifli juga menegaskan, keberagaman bangsa Indonesia merupakan kekuatan. Pernyataan Ketua MPR ini mendapatkan apresiasi spontan dari Kardinal Tauran. Tauran melihat, ternyata Pancasila merupakan kaidah fundamental bagi kehidupan beragama di Indonesia. 

Pancasila juga disebut sebagai kunci untuk mempertahankan kerukunan antarumat beragama. Dengan demikian, Pancasila patut menjadi kebanggaan bagi bangsa Indonesia karena fundamental values yang terkandung dalamnya diakui secara universal. 

Pancasila, menurut Kardinal Tauran, sudah menjadi modalitas yang kuat bagi Indonesia Isu lain yang mengemuka dalam pertemuan tersebut adalah terkait dengan penyelenggaraan kegiatan interfaith dialogue di Indonesia dengan melibatkan Vatikan. 

Tauran menyatakan, aktivitas dialog dapat dilakukan melalui berbagai cara, misalnya dialogue of life yakni melalui penanaman nilai-nilai kerukunan sejak dini dalam keluarga dan dialogue of action yakni melalui bantuan kemanusiaan. Dialog sesungguhnya memang perlu dikembangkan pada tingkat akar rumput dan para elit politik perlu lebih mendengarkan aspirasi masyarakat.

Ia juga menggarisbawahi perlunya pendidikan sejarah dan moral guna menanamkan nilai-nilai toleransi dan persaudaraan. Intinya, dialog perlu difokuskan pada masyarakat bawah dan menyentuh kebutuhan mereka.Agama dalam hal ini perlu dipahami sebagai bagian dari solusi dan bukan bagian dari persoalan. 

  • Komentar 0

Dapatkan Update Berita Republika

BERITA LAINNYA

 
 
 
Terpopuler