REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Wakil Ketua MPR RI, Oesman Sapta Odang mengingatkan masyarakat tentang nasionalisme yang mulai luntur. Begitu hebatnya intervensi asing terhadap negara, kata OSO, sapaan akrabnya, mengancam pandangan masyarakat tentang pancasila.
Akibatnya, kata dia, bangsa Indonesia mudah dipecah-belah. "Sesama umat dan suku saling berkelahi," ujarnya saat memberi sosialisasi empat pilar di Lapangan Benteng, Kota Medan, Sumatra Utara, Jumat (27/5).
Perubahan nuansa politik, nilai kebangsaan, menurutnya, juga tak lepas dari intervensi asing yang terus menghantam dari kanan dan kiri. "Tapi Insya Allah kita akan tetap mampu mempertahankan diri dengan filosofi empat pilar," ujarnya disambut hadirin dengan riuh tepuk tangan.
Sumatra Utara, kata OSO, pantas dijadikan daerah yang memiliki kemantapan filosofi empat pilar dalam kehidupan bermasyarakat. "Sebab saya belum pernah dengan Sumatra Utara ingin memisahkan diri dari NKRI," ujarnya.
Kendati demikian, OSO terus mengingatkan pemerintah daerah, baik provinsi dan daerah, untuk terus melakukan komunikasi yang baik dengan masyarakat hingga lapisan terbawah. "Banyak anak muda daerah, memiliki niat, keinginan, dan kecerdasan untuk ikut membangun daerahnya, dibutuhkan komunikasi yang efektif merespons hal tersebut," kata OSO menambahkan.
Sementara itu, Gubernur Sumatra Utara, Tengku Erry Nuradi merespons positif kegiatan sosialisai empat pilar. "Pancasila dan UUD, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika menjadi jawaban untuk Sumatra Utara yang heterogen dan multietnik," ujarnya.
Pangdam Bukit Barisan, Mayjen Lodewijk Pusung meminta agar empat pilar bukan hanya menjadi semboyan, tapi harus tertanam dalam hati. "Dan menjadi panduan dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari," ujarnya.