REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Salah satu rangkaian acara memperingati Pidato Bung Karno 1 Juni 1945 yang kali ini dilaksanakan di kota Bandung diawali dengan agenda Bicara Buku Bersama Wakil Rakyat. Sekretaris Jenderal MPR, Ma’ruf Cahyono mengatakan 'Bicara Buku' merupakan tradisi yang sangat bagus dan baik untuk diteruskan. Sebab, ketika institusi resmi sebesar MPR dan DPR menengok dan memperhatikan perguruan tinggi dengan publikasi-publikasi aslinya yang relevan dengan kehidupan berbangsa dan bernegara diberi tempat untuk dibahas dalam tataran nasional, terbuka dan implementatif maka perguruan tinggi benar-benar berpotensi mendorong kinerja wakil rakyat secara kualitatif.
“Bicara Buku ini patut diselenggarakan karena mempunyai banyak sisi kualitatif. Kegiatan ini dilaksanakan bukan sekedar rutin dilaksanakan tetapi kegiatan yang benar-benar berusaha berorientasi pada output,” ujar Ma’ruf Cahyono, disela-sela persiapan Bicara Buku Bersama Wakil Rakyat.
Senada dengan itu Afrizal Sinaro, Sekretaris Umum Gerakan Ayo Membaca Indonesia berpendapat keterlibatan sekolah dan perguruan tinggi melalui bicara buku di dalam memperingati Pidato Bung Karno, 1 Juni sebuah langkah yang baik, realistis dan patut diacungi jempol . “Ini perlu diteruskan sebagai tradisi,” tegasnya.
Dia mengatakan membaca, berdiskusi dan menulis itu berkaitan. Ketika publik membaca, penulis menulis dan bisa mendiskusikan bacaan yang dibacanya dengan para wakil rakyatnya, dengan orang yang tepat, ini menunjukan kepedulian yang sangat dasar dari institusi strategis seperti MPR/DPR terhadap kerja perguruan tinggi sehingga keduanya bisa saling memacu kualitas yang akan menguntungkan bagi perkembangan bangsa dan negara ke depan.
Buku yang dibahas pada hari Senin (30/5) ini dari pagi hingga sore hari di Gedung Merdeka, Bandung mempunyai relevansi dengan isi Pidato Bung Karno 1 Juni 1945 secara akademik, implementatif mau pun filosofis. Diawali dengan bahasan tentang Pancasila Kekuatan Pembebas dan dilanjutkan dengan bahasan bertema Memaknai dan Memahami Pancasila.
Pancasila Kekuatan Pembebas merupakan hasil kajian dari Pusat Studi Kajian Pancasila Universitas Katholik Parahyangan (Unpar). Keempat staff pengajar Universitas Parahyangan yang menjadi motor dari Pusat Studi Kajian Pancasila akan hadir sebagai pembahas dan pembicara. Para pembahas dan pembicara akan berdiskusi panjang lebar dengan Anggota DPR dari daerah pemilihan Jawa Barat.
Sylvester Kanisisus Laku, staff pengajar Unpar, menjelaskan bahwa buku bahasan berjudul Pancasila Kekuatan Pembebas terdiri atas 8 pokok bahasan. “Bung Karno dan Pancasila ibarat 2 sisi dari sekeping mata uang yang sama. Presiden I RI tersebut merupakan 'penemu' 5 mutiara tersebut. Buku ini juga menyuguhkan kerendah-hatian Ir. Soekarno tatkala menerima gelar Doktor Honoris Causa di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.
Pada sesi kedua akan dibahas Memahami dan Memaknai Pancasila bersama para staff pengajar dari Universitas Pendidikan Indonesia. Dicky Munaf salah seorang penulis buku Memahami dan Memaknai Pancasila berpendapat Pancasila merupakan pribadi bangsa yang seharusnya tecermin dalam mental dan perilaku anak bangsa maupun para pemimpin dan negarawan Indonesia.
Tetapi pengamalan nilai-nilai luhur Pancasila di dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara masih jauh dari harapan. Korupsi yang merajalela, meningkatnya kasus narkoba, dan banyaknya tindakan asusila, merupakan bukti bahwa napas dan gerak manusia Indonesia belum sejalan dengan norma fundamental bangsa Indonesia, yaitu Pancasila.