REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota MPR dari Fraksi PDIP TB Hasanuddin mengatakan, pada masa Orde Baru, terorisme itu telah ada. Namun bisa diatasi dengan efektif meski tanpa prosedur. Sekarang, menurutnya, pemberantasan terorisme dilakukan dengan prosedur namun tidak efektif.

Meski demikian, ia ingin penanganan terorisme tetap dilakukan dengan prosedur dan seefektif munkin. "Pemberantasan terorisme harus mengikuti aturan," kata Hasanuddin, saat menjadi pembicara dalam Diskusi Empat Pilar MPR dengan tema 'Menangkal Radikalisme Dalam Rangka Mempertahankan NKRI', di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (24/10).

Hasanuddin menjelaskan, ada beberapa kiat untuk memberantas terorisme, salah satu caranya melakukan deradikalisasi. Deradikalisasi merupakan cara mencegah orang yang hendak menjadi terorisme. Menurutnya, deradikalisasi bukan hanya tugas BNPT. Namun juga menjadi tugas semua masyarakat termasuk media massa.

Ia mengakui, terorisme di Indonesia belum seperti ISIS. ISIS dinilai merupakan teroris yang sudah maju, dengan berperang menggunakan tank, pesawat terbang, dan lain sebagainya. Sedangkan, terorisme di Indonesia masih bergerombol dalam skala 20-an orang.

Ia mengunkapkan, deradikalisasi yang berjalan saat ini kurang berhasil. Pemahaman masyarakat terhadap Pancasila mengalami penurunan. "Daya tahan kita lemah khususnya dalam mempertahankan Pancasila," ujarnya.