Monday, 23 Jumadil Awwal 1446 / 25 November 2024

Monday, 23 Jumadil Awwal 1446 / 25 November 2024

HNW: Indonesia dan Turki Sahabat Lama

Ahad 20 Nov 2016 04:40 WIB

Red: Didi Purwadi

Wakil Ketua MPR RI, Hidayat Nur Wahid, menjadi pembicara di seminar internasional 'Indonesia and Turkey: Science, Secularism, and Contemporary Politics' di LIPI, Jakarta, Jumat (18/11).

Wakil Ketua MPR RI, Hidayat Nur Wahid, menjadi pembicara di seminar internasional 'Indonesia and Turkey: Science, Secularism, and Contemporary Politics' di LIPI, Jakarta, Jumat (18/11).

Foto: ist

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Turki dan Indonesia memiliki sejarah yang sangat panjang. Kedua negara sudah saling berhubungan semenjak keduanya masih berbentuk kerajaan.

Turki di bawah kerajaan Usmani turut berkontribusi terhadap berdirinya kerajaan Islam di Demak. Saat itu Turki Usmani merupakan salah satu yang memberikan pengakuan berdirinya kerajaan  Islam Demak.

Pernyataan itu disampaikan Wakil Ketua MPR RI, Hidayat Nur Wahid, saat menjadi pembicara kunci pada seminar internasional 'Indonesia and Turkey: Science, Secularism, and Contemporary Politics'. Acara tersebut berlangsung di Gedung Widya Graha Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Jakarta, Jumat (18/11).

Hubungan kedekatan antara Turki dan Indonesia, menurut Hidayat, juga tampak dari beberapa situs di Indonesia. Salah satunya adalah penamaan daerah Ulujami di bilangan Jakarta Selatan. Tempat dimana terdapat pesantren Darunnajah itu memiliki kesamaan nama dengan salah satu ibukota Turki sebelum pindah ke Istanbul.

Pada zaman penjajahan dulu, dimungkinkan Turki Usmani mengirimkan bala tentara, membantu Batavia mengusir penjajah. Untuk mengenang masa-masa itu dibuatlah nama Ulujami. "Ulujami memiliki arti masjid besar. Tetapi, kebenaran akan pemikiran ini harus lebih diteliti", kata Hidayat.

Selain unsur sejarah, masyarakat muslim Indonesia memiliki berbagai kemiripan. Antara lain, mayoritas masyarakat kedua negara mengikuti aliran ahlussunah wal jamaah. Tidak suka mengkafirkan kelompok yang lain dan relatif lebih toleran.

Melihat berbagai realitas itu, menurut Hidayat, sudah sepantasnya bila masyarakat kedua negara mempererat kerjasama yang menguntungkan bagi keduanya. Karena itu, seminar internasional tersebut memiliki makna yang strategis guna menggali kesamaan-kesamaan kedua negara untuk saling meningkatkan kerjasama.

  • Komentar 0

Dapatkan Update Berita Republika

BERITA LAINNYA

 
 
 
Terpopuler