REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Bagian Perputakaan MPR Roosiyah Yuniarsih mengeluhknya minimnya buku tentang kebencanaan di perpustakaan MPR RI. Ia mengatakan, saat ini di perpustakaan MPR yang terkait bencana hanya ada empat.
Ia berharap, kedepannya buku terkait bencana bisa bertambah. "Mudah-mudahan mendapat dukungan buku kebencanaan," kata Roosiyah, dalam acara Wakil Rakyat Bicara Buku dengan tema 'Catatan Akhir Tahun Bencana 2016', di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis (22/12).
Rini mengimbau, seluruh masyarakat peduli pada bencana. Selain itu, Diharapkan para blogger dan pengguna media sosial turut menyosialisasikan masalah dan penanggulangan bencana.
"Mudah-mudahan kita mendapat dukungan dari berbagai pihak dalam kepedulian terhadap bencana," ujarnya.
Anggota MPR dari Fraksi Partai Golkar Hetifah Sjaifudian mengakui, selama ini banyak kelemahan dalam soal penanggulangan bencana tidak hanya dalam soal aturan hukumnya. Sebagai alumni Jurusan Planologi ITB, diakui pembangunan kawasan perumahan yang ada hanya berorientasi pada kenyamanan manusia.
Namun, banyak yang melupakan keseimbangan alam. "Benda di sekitar kita termasuk flora dan fauna juga harus perlu dipikirkan," ujarnya.
Ia mengungkapnya, dalam soal bencana, harus ditangani lintas sektoral, seperti BNPB seharusnya dibahas di semua komisi DPR, tidak hanya satu komisi. Dalam pencegahan dan penanggulangan bencana ada sektor yang harus dipadukan seperti konstruksi, Iptek, lingkungan, dan sebagainya.
"Misalnya bagaimana kita membangun sebuah gedung yang tahan goncangan," kata dia.
Menurut Hetifah, masalah dalam penanganan bencana tidak hanya kerja sektoral, namun juga adanya anggapan tidak pentingnya badan penanggulangan bencana oleh daerah. Mereka menganggap demikian selain karena kurang ramah dengan lingkungan juga tidak adanya anggaran.