REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Fraksi PKS MPR RI Tifatul Sembiring menilai ancaman keamanan nasional yang dialami Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah disintegrasi dan separatisme bangsa. Menurut dia, ancaman terbesar dari keamanan nasional bukan serangan dari luar, tapi disintegrasi bangsa.
"Pecahnya NKRI. Kita memiliki 17.500 pulau di Indonesia, 1.340 suku bangsa, kita saja kalau terbang dari Sabang ke Merauke sama seperti kita terbang dari Jakarta ke Jeddah, 9 jam. betapa jauhnya jarak fisik kita sebagai bangsa," ujarnya, Senin (13/3).
Dia menyebut jumlah anggota MPR RI yang berasal dari gabungan antara anggota DPR dan nggota DPD sejumlah sekitar 700 orang belum cukup memadai untuk dapat mensosialisasikan empat pilar berbangsa dan bernegara ke seluruh daerah di Indonesia.
Oleh karena itu, Tifatul mendorong agar pemerintah atau pihak eksekutif ikut terlibat dalam sosialisasi tersebut, khususnya di daerah yang masih memiliki intensitas kerawanan konflik horizontal. Pihak eksekutif dapat lebih efektif dalam ikut serta mensosialisasikan empat pilar melalui besarnya anggaran yang dimilikinya.
"Pemerintah bisa saja memasukkan empat pilar ke dalam kurikulum pendidikan nasional. Kita punya ideologi, tapi tidak punya strategi budaya agar hal itu bisa terinternalisasi dan optimalisasi di dalam jati diri bangsa indonesia apalagi dengan beragam etnis," kata dia.
Selain melibatkan kekuasaan eksekutif, media massa, dinilai juga punya peran untuk membantu efektivitas sosialisasi empat pilar di masyarakat. Karena itu ke depannya diharapkan media cukup berimbang dalam menghadirkan isi acara, baik acara yang bersifat hiburan maupun yang berkaitan dengan soal kenegaraan.