REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Majelis Permusyawatan Rakyat (MPR) RI, Mahyudin memberi pengantar dan membuka Sosialisasi Empat Pilar MPR dalam kuliah umum kepada mahasiswa Universitas Kutai Kartanegara (Unikarta) di Tenggarong, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Dalam kesempatan itu, Mahyudin mengatakan Sosialisasi Empat Pilar MPR berbeda dengan penataran P4 pada masa Orde Baru. Sosialisasi Empat Pilar MPR adalah untuk menyegarkan kembali pada ideologi Pancasila.
"Secara tidak sadar kita diganggu baik dari dalam maupun dari luar. Pemahaman kita terhadap ideologi tergerus melalui proxy war atau perang asimetris. Bukan perang konvensional tapi dengan cara merusak ideologi bangsa," kata Mahyudin, Kamis (23/3).
Mahyudin: Freeport Harus Jadi Milik Indonesia
Menurut Mahyudin, secara tidak sadar nilai luhur gotong royong tergantikan dengan paham individualistik. Maka, terjadi tawuran antarpelajar, tawuran antar kampung. "Kita kurang menghormati kebinekaan," kata dia.
Tidak hanya itu, kata Mahyudin, Proxy war juga menjadi perang ideologi dan ekonomi. Proxy war memasukkan ideologi radikalisme. Banyak orang yang diiming-iming masuk ISIS. Dalam perang ekonomi, Indonesia juga belum merdeka dan berdaulat.
“Buktinya Indonesia seharusnya sudah bisa menguasai Freeport. Tapi sampai sekarang belum. Padahal Indonesia memiliki kemampuan untuk mengelola Freeport. Seperti ucapan Bung Karno, kita harus berdikari, berdiri di atas kaki sendiri," kata Mahyudin.