REPUBLIKA.CO.ID, BANJARMASIN -- Wakil Ketua MPR RI Mahyudin mengatakan, nasionalisme di dalam masyarakat harus terus diperkuat. Ini harus dilakukan demi menjaga keutuhan NKRI.
"Dulu di Indonesia terdapat kerajaan-kerajaan yang besar dan berkuasa seperti Majapahit, Sriwijaya, dan Mataram. Kerajaan-kerajaan tersebut hancurnya bukan dari luar namun akibat perpecahan dari dalam, ini harus menjadi pelajaran," katanya di Banjarmasin, Jumat, (19/5).
Bahkan di Solo, dia mengatakan, ada raja di Solo kedaulatannya sudah hilang, bukan karena dijajah Belanda. Namun karena anak-anaknya yang selalu rebutan kekuasaan.
"Kalau tak ada Belanda, mungkin di Indonesia hanya ada kerajaan-kerajaan. Kalau tak ada penjajahan Belanda, Indonesia mungkin tak lahir sebab Indonesia lahir dari bekas jajahan Belanda yang ingin mendirikan negara sendiri," ujarnya.
Malaysia, terang Mahyudin, tidak masuk Indonesia karena Malaysia tidak dijajah Belanda. Malaysia merupakan bekas jajahan Inggris.
Usai meraih kemerdekaan dari penjajahan Belanda, rupanya gangguan terhadap keutuhan NKRI datang dari PKI. PKI ingin mengganti Pancasila namun berakhir gagal."Pancasila itu buatan bangsa Indonesia, bukan ciptaan Bung Karno. Bung Karno merumuskan konsep Pancasila dari menggali berbagai keragaman suku, budaya di berbagai pulau di Indonesia. Pancasila merupakan alat perekat bangsa Indonesia tanpa Pancasila Indonesia bubar," ujar Mahyudin.
Saat Pancasila akan diganti dengan komunis, banyak ulama dibunuh oleh PKI. Kemudian orang-orang yang dituduh keluarga PKI juga dibunuh. Ribuan orang jadi korban. Karena itu dia menegaskan, jangan sampai bangsa ini terpecah belah lagi, dan rakyat yang jadi korban.
Indonesia, lanjutnya, terdiri atas 17 ribu pulau dari Sabang sampai Merauke. Ini jumlah yang banyak dan harus dijaga keutuhan dan persatuannya.