REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi XI DPR RI Willgo Zainar mengatakan, Kredit Usaha Rakyat (KUR) sangat efektif untuk meningkatkan perekonomian, khususnya untuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Sektor perbankan didorong terus menyalurkan UMKM. Menurutnya, pelaku UMKM harus diberi kepercayaan untuk mendapatkan KUR.
“Ada beberapa UMKM yang sudah mendapatkan KUR, tapi ada pula yang belum. Akhirnya mereka menggunakan kredit konvensional atau regular dengan menggunakan rekening koran. Ini juga harus menjadi sasaran KUR agar beban bunga bisa menjadi lebih rendah dan mereka bisa berdaya saing,” kata Willgo disela-sela Kunjungan Kerja Komisi XI DPR RI ke nasabah penerima KUR di Kabupaten Gianyar, Bali, Senin (30/4).
Politikus Partai Gerindra itu memaparkan, untuk penyaluran KUR kepada pelaku UMKM, bantuan dana dari perbankan mungkin tidak harus Rp 25 juta, bisa dicoba di nominal Rp 5 juta sampai dengan Rp 15 juta. Hal ini agar pelaku UMKM terbiasa bertransaksi dengan perbankan. Jika ke depannya mereka bisa tumbuh dan meningkat, maka KUR ini bisa ditingkatkan.
“Saya kira masyarakat harus diberikan kepercayaan diawal. Mereka sebenarnya memiliki usaha, tapi kelengkapan administrasinya saja yang masih belum memenuhi syarat. Dan kita berharap bantuan tersebut mencapai angka Rp 25 juta tanpa agunan. Memang itu yang menjadi program pemerintah dan telah dijamin Askrindo dan Jamkrindo sebagai lembaga asuransi pembiayaan,” ujar Willgo.
Ia menambahkan, sejauh ini peran Bank Indonesia sudah melakukan pembinaan dengan baik. Perbankan juga seharusnya melakukan pembinaan terhadap pelaku usaha, karena memiliki dana Corporate Social Responsibility (CSR). Menurutnya, ada baiknya dana tersebut membantu meningkatkan kompetensi pengusaha kecil sehingga mereka bisa tumbuh seiring dengan perkembangan tren dan zaman agar tidak tertinggal dan tergilas pada persaingan global.
“Kita juga lihat untuk membuat tenun saja masih menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM), ini saya rasa kurang maksimal, kebanyakan penyerapan dari industri kreatif ini mayoritas adalah padat karya. Pemerintah, perbankan dan pelaku usaha harus bersama-sama berpikir bagaimana program KUR ini bisa meningkatkan kapasitas permodalan dan kapasitas pemasarannya,” ujar Willgo.
Politikus dapil NTB itu mengatakan, UMKM merupakan sentra produksi industri rumahan yang bisa menyerap lapangan pekerjaan lebih besar lagi. Ke depannya diharapkan bisa menciptakan lagi industri rumahan dan lapangan kerja berbasis desa karena tiap masing-masing desa memiliki potensi untuk menciptakan industri rumahan, dengan konsep one village one product dan one village one industry.
“Hanya saja beberapa tren penjualan hasil UMKM di Bali ini agak menurun. Bisa jadi kemarin karena ada faktor erupsi Gunung Agung, atau karena tren daya beli masyarakat melemah. Tapi sekarang kami melihat mereka sudah melakukan kombinasi pemasaran hasil usahanya, yaitu 50 persen untuk lokal dan 50 persen untuk ekspor. Saya kira ini sebuah inovasi yang bagus. Bila daya beli masyarakat lokal turun maka digenjot dari sisi ekspornya,” kata Willgo.