REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Sesjen MPR Maruf Cahyono merasa bahagia sebab Training of Trainer (TOT) Empat Pilar yang diperuntukan bagi 100 perwira menengah TNI AL telah selesai. "Dengan demikian Sosialisasi Empat Pilar dengan metode TOT ini mampu mencetak pelatih yang berintegritas dan berkapasitas," ujar Maruf Cahyono saat menutup TOT, Surabaya, Jawa Timur, (14/10),
Peserta sosialisasi sudah banyak mendapat pemaparan Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. Menurut Maruf Cahyono, bicara keempat hal yang fundamental tersebut diharap tak hanya berhenti pada tataran normatif namun juga harus dinamis sesuai dengan demokrasi politik dan tata negara yang ada.
Dikatakan tak ada bangsa yang mencapai kebesaran bila tak percaya pada ideologi. Dengan demikian bila bangsa ini sudah memiliki ideologi maka sudah memiliki sesuatu. "Untuk itu ideologi yang kita miliki tak berhenti pada taraf dipahami namun harus diyakini kebenarannya. Ideologi harus dipercaya," kata dia.
Training of Trainer (TOT) Empat Pilar yang diperuntukan bagi 100 perwira menengah TNI AL.
Untuk itu kelak kalau mensosialisasikan Empat Pilar maka kita harus bisa menyakinkan kepada masyarakat bahwa Pancasila adalah sesuatu yang harus diyakini kebenarannya. Pancasila sudah hidup ribuan tahun di tengah masyarakat.
Nilai dari sila-sila Pancasila, menurut Maruf Cahyono harus ditanamkan kepada masyarakat untuk menjadi jati diri bangsa. Penjabaran Pancasila tak hanya pada masyarakat namun juga pada internalisasi pada aturan hukum yang ada.
Aturan hukum yang ada harus menjadi instrumen yang harus dipahami, tak sekadar norma namun juga strategi yang bisa dijalankan. Ditegaskan UUD harus dipatuhi. Aturan hukum yang ada harus mampu mengikuti perkembangan jaman. Maruf Cahyono mengutip pendapat pendiri bangsa, yang paling penting dalam soal aturan hukum adalah semangat.
"Meski sistemnya sempurna namun kalau tak ada semangat akan hancur," ungkapnya.
Dari sinilah ada pikiran baik untuk menghadirkan kembali haluan negara. Haluan negara dikatakan sebagai bentuk akomodasi partisipasi publik dalam formulasi kebijakan negara dalam pembangunan. Dari sinilah MPR juga bisa merespon aspirasi dari TNI AL.
Sebelumnya, dalam laporan pelaksanaan, Kepala Biro Persidangan dan Sosialisasi Setjen MPR, Tugiyana, mengatakan dari 100 peserta TOT, 96 adalah pria dan 4 adalah wanita. Peserta telah mengikuti kegiatan pemaparan materi, diskusi kelompok, dan simulasi.