REPUBLIKA.CO.ID, KUTAI -- Dihadapan siswa-siswi SMAN Unggulan 3 Tenggarong, Kutai Kartanegara, Kalimantan Tiimur, Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR RI) Mahyudin mengingatkan, di negara maju banyak penjara yang tutup karena tidak ada penghuninya. Sedangkan di Indonesia sebaliknya, di sini hampir seluruh penjara semuanya penuh bahkan over kapasitas.
Over kapasitas penjara, ini terjadi bukan semata-mata karena angka kejahatan di Indonesia, itu tinggi. Tetapi persoalan itu juga muncul karena pendidikan karakter di Indonesia kurang mendapat perhatian besar, sebagaimana negara-negara maju. Selain itu, sikap-sikap keteladanan yang mestinya ditunjukkan oleh para pemimpin, ternyata susah ditemukan.
"Nyatanya, banyak pemimpin yang terjerat korupsi. Wakil Rakyat, Gubernur sampai Bupati dan Walikota sudah banyak yang tertangkap oleh KPK. Padahal, sikap dan tindak tanduknya, dilihat, diperhatikan dan ditiru oleh masyarakat," ungkapnya seperti dalam siaran pers, Selasa (16/10).
Wakil Ketua MPR Mahyudin.
Pernyataan itu disampaikan Mahyudin saat membuka kegiatan sosialisasi Empat Pilar MPR, dikalangan guru dan siswa SLTA se Tenggarong. Acara tersebut berlangsung di pendopo SMAN Unggulan 3 Tenggarong, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Selasa. Tema yang diusung dalam acara tersebut adalah, "Keunggulan SDM, Dimulai dari Pendidikan Karakter".
Persoalan pendidikan karakter yang saat ini menimpa Indonesia, kata Mahyudin, tak lepas dari rendahnya mutu pendidikan. Buktinya, dari ribuan perguruan tinggi disini, hanya ada tiga universitas saja yang masuk ke golongan 500 perguruan tinggi terbaik di dunia.
"Karena itu pembangunan sekolah unggulan harus menjadi prioritas. Meskipun yang benar, seluruh sekolah itu harusnya adalah sekolah unggulan," kata Mahyudin menambahkan.
Di akhir sambutannya, Mahyudin mengingatkan, agar bisa bersaing dan mengejar ketertinggalannya dari negara maju, para siswa harus mau bekerja keras, pantang berputus asa dan terus berdoa kepada Allah SWT.