REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bertempat di Pendopo Kesultanan Kasepuhan Cirebon, Kota Cirebon, Jawa Barat, 17 Februari 2020, Sekretariat Jenderal (Setjen) MPR menggelar acara ‘Bicara Buku Bersama Wakil Rakyat’. Hadir dalam acara itu, Sultan Sepuh XIV Pangeran Raja Adipati Arif Natadiningrat, Kabiro Humas Setjen MPR Siti Fauziah, Prof. Dr. H. Dadan Wildan, M.Hum, Ketua Badan Pengelola Kasultanan Kasepuhan Ratu Alexandra, yang juga merupakan adik Sultan Sepuh XIV; serta budayawan Cirebon Raden Opan Sapari.
Dalam acara bertema ‘Menggali Nilai-Nilai Luhur di Masa Kesultanan Cirebon Sebagai Pondasi Jati Diri Bangsa’ itu, dibedah buku karya Dadan Wildan yang berjudul ‘Sunan Gunung Jati: Petuah, Pengaruh, Dan Jejak-Jejak Sang Wali di Tanah Jawa’. Acara yang terselenggara berkat kerjasama Setjen MPR dengan Kasepuhan Cirebon itu mendapat tanggapan yang positif dari masyarakat di kota empal gentong itu.
Puluhan guru dan ratusan siswa dari SMK Informatika Al-Irsyad Al-Islamiyah, SMK Al-Istiqomah, SMK Presiden, SMK Taman Karya Madya, MAN 1, MGMP Guru Sejarah, serta Komunitas Literasi, mahasiswa IAIN Syekh Nurjati, juga abdi dalem kasepuhan berduyun-duyun mendatangi acara itu.
Dalam sambutan pembukaan, Siti Fauziah mengatakan kegiatan yang digelar itu bertujuan selain untuk menampung aspirasi masyarakat juga untuk menambah referensi literatur terutama karya tulis dan karya ilmiah dengan beragam tema, seperti politik, hukum, dan ketatanegaraan. “Melalui kegiatan ini diharapkan akan memperkaya koleksi dan referensi literatur yang berguna bagi masyarakat, terutama untuk anggota MPR dan pegawai Setjen MPR”, ujar Siti Fauziah.
Terkait buku yang dibedah, perempuan asal Bandung, Jawa Barat, itu menuturkan banyak nilai luhur yang diwariskan Sunan Gunung Jati kepada bangsa ini. “Kita sebagai penerus Bangsa harus melestarikan nilai-nilai luhur itu”, tuturnya.
Sultan Sepuh XIV dalam kesempatan itu mengucapkan terima kasih kepada Setjen MPR sebab mengadakan acara ini di tengah-tengah maraknya isu deklarasi Sunda Empire serta Keraton Agung Sejagat. “Betapa pentingnya kita memahami sejarah serta nilai nilai luhur bangsa”, tuturnya.
‘Sunan Gunung Jati’, buku yang dibedah dalam acara itu, menurut Dadan Wildan bisa tersusun setelah dirinya meriset budaya kacirebonan selama 5 tahun. Dalam buku yang merupakan disertasinya itu terungkap nilai-nilai luhur yang ditauladan dan diwariskan oleh Sunan Gunung Jati. Dipaparkan di hadapan peserta acara, Sunan Gunung Jati banyak menancapkan tonggak politik dalam menjalankan pemerintahan dengan tetap memberikan keteladanan dari sisi religius.
Dari sinilah menurut Dadan Wildan, Sunan Gunung Jati dipersonifikasi sebagai sosok pemimpin agama dan politik. “Dalam menjalankan pemerintahan, Sunan Gunung Jati menjalankan tiga faktor utama”, ungkapnya. Tiga faktor itu adalah, membangun kehidupan yang religius, pembangunan ekonomi, serta pembangunan stabilitas politik. “Baik di Cirebon maupun di luar wilayah Cirebon”, ungkapnya. Dari sinilah Cirebon dan sekitarnya tercipta masyarakat yang sejahtera.
Tak hanya itu keulungan Sunan Gunung Jati, disebut oleh Dadan Wildan, saat menunaikan tugas sebagai Pemimpin Kasultanan Cirebon, ia juga terkenal sebagai diplomat ulung. “Penyelesaian perselisihan diselesaikan dengan cara komunikasi melalui agama, seni, dan budaya”, paparnya.
Sebelum acara berakhir, Siti Fauziah menyerahkan plakat kepada Sultan Sepuh XIV sebagai tanda kenang-kenangan bahwa Setjen MPR telah melakukan kerjasama dengan Kasepuhan Cirebon dalam melakukan Sosialisasi Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika.