Kamis 11 Jul 2013 10:30 WIB

Mualaf Amerika Merasa Kesepian, Kenapa?

Rep: Agung Sasongko/ Red: Karta Raharja Ucu
Mualaf (ilustrasi).
Foto: blogspot.com
Mualaf (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Sebagian mualaf merasa kesepian ketika memasuki Ramadhan. Mereka seperti terlupakan.

"Saya melihat bagaimana mereka yang baru menjadi Muslim terlupakan," kata Vaqar Sharief, mantan kordinator Mualaf, Masyarakat Muslim Delaware, seperti dikutip The Huffington Post, Kamis (11/7).

Vaqar mengungkap, efek dari hal itu banyak dari mereka yang berhenti datang belajar Islam dan akhirnya kembali ke agama lamanya. "Inilah pentingnya mengapa kita ajak dan rangkul mereka. Dengan begitu, mereka merasa memiliki keluarga," tuturnya.

Paul K DeMelto, mualaf asal Cleveland mengaku sulit menemukan mualaf lain. Padahal, ia rutin menghadiri kajian khusus mualaf. "Satu hal yang saya harapkan ketika menjadi Muslim adalah saya bisa menjadi bagian dari keluarga besar umat Islam," tuturnya.

Situasi yang dialami mualaf ini selanjutnya memunculkan perasaan terisolasi. Ini kemudian berdampak pada berkurangnya rasa kepemilikan setelah mereka kembali pada Islam.

Caroline Williams, mualaf asal New Orleans, mengungkap satu pertimbangan penting mengapa ia menjadi Muslim adalah kebersamaan yang kuat dalam Islam. "Ketika di masjid, saya merasakan bagaimana rasa kekeluargaan begitu kuat," ungkapnya.

Kini, ia merasa ditinggalkan umat Islam. Ia seperti sendirian berpuasa di bulan suci Ramadhan. Enggan berdiam diri, sebagian mualaf mencari cara agar mereka tidak sendirian. Mereka coba mendatangi masjid dan mencoba aktif mengikuti setiap aktivitas.

Umat Islam pun merespon situasi itu dengan coba menggelar kegiatan yang intinya membantu para mualaf mendapatkan keluarga baru.

Di Islamic Center of Boston misalnya, ada program khusus dimana para mualaf dicarikan keluarga asuh. Keluarga yang terpilih tentu telah memenuhi syarat yang ditetapkan. Syarat utama adalah bagaimana mereka belajar shalat dan berdoa.

"Kami berharap melalui program ini, mualaf merasa memiliki keluarga, dan Ramadhan merupakan momentum untuk membuatnya menjadi istimewa," kata Sharief, calon keluarga asuh mualaf.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement