REPUBLIKA.CO.ID, Kehangatan keluarga kerap terasa saat berbuka puasa di meja makan. Membatalkan puasa dengan meminum air teh manis dilanjutkan memakan kurma. Berebut makanan takjil yang hanya sedikit dengan anggota keluarga lain.
Bercengkerama sambil makan sekadar untuk meluapkan kerinduan, hingga memakan masakan yang nikmat dari tangan halus bunda. Tetapi, bayangan indah itu memudar di wajah-wajah keriput penghuni Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4.
Penghuni panti yang dipanggil dengan sebutan WBS (Warga Binaan Sosial) ini adalah kakek dan nenek yang tak memiliki tempat tinggal. Masalah mereka biasanya adalah kebutuhan ekonomi sehingga menjadi pengemis. Lalu, lupa atau pikun identitas diri.
Salah satu penghuni di pondok ini adalah Sutinah. Nenek yang berasal dari Surabaya ini tinggal di panti karena diusir oleh anaknya. "Saya di sini ngontrak di Cibubur sama anak laki-laki saya. Saya tuh berantem terus sama dia terus saya diusir" ujar Sutinah.
Anak laki-laki Sutinah menikah dengan perempuan asal Banten. Setelah menikah, sikap anaknya menjadi berubah. "Awalnya saya ngontrak cuma berdua tapi anak saya menikah dengan perempuan itu. Menantu saya marah dan cemburu terus sama saya" ungkapnya lirih.
Setelah terusir dari rumah anaknya, Sutinah memutuskan untuk kembali bekerja dengan majikannya yang terdahulu. Ia menjadi pembantu di rumah seorang dokter. Tetapi, dokter tersebut merasa kasihan terhadap nenek ini. Sutinah yang sudah tua terus-terusan diberdayakan.
Akhirnya, dokter tersebut mengantarkan Sutinah ke sebuah panti sosial yang berada di daerah Radio Dalam, Jakarta Selatan."Saya tuh dimasukin bos. Bos saya gak sampai hati ngeliat saya kerja. Akhirnya saya dimasukin ke sini. Saya di sini udah 6 bulan" ujar Sutinah saat bercerita pada RoL, di Jakarta, Rabu (10/7)
Hingga saat ini, Sutinah mengaku, anaknya sudah tahu kalau dia berada di panti. Sayang, putranya itu tidak mau menjenguk bahkan menghubunginya. "Tadinya kan saya kurus sekarang saya agak gemuk. Saya udah gak mikir dia" ujarnya.
Pada hari pertama Ramadhan ini, ia berpuasa. Sutinah mengungkapkan, masih memiliki rasa rindu kepada anaknya. Jika anaknya menjenguk dan meminta maaf maka Sutinah akan memaafkannya. Tetapi tidak mau jika diajak pulang. Pasalnya, ia takut hal itu terjadi lagi.
Walaupun demikian, Nenek ini merasa senang berada di panti."Saya senang di sini. Semuanya dicukupin. Mulai dari makan, minum, sampai baju. Di sini juga saya bisa senam sama pengajian" ungkap Sutinah.