REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG—Kebutuhan uang kartal di wilayah Jawa Tengah dan DIY, terhitung selama Ramadhan hingga Lebaran tahun ini, diperkirakan akan mengalami lonjakan sebesar Rp 13,03 triliun. Dibandingkan dengan peredaran uang kartal pada momentum Ramadhan dan Lebaran tahun sebelumnya, jumlah tahun ini mengalami peningkatan sebesar 13,3 persen.
Kepala Kantor Perwakilan BI Wilayah V, Sutikno mengungkapkan, selain peningkatan di Jawa Tengah dan DIY, pihaknya juga memprediksi peningkatan kebutuhan uang kartal untuk wilayahnya (Kota Semarang). “Peningkatan kebutuhan uang kartal untuk ibu kota Provinsi Jawa Tengah ini akan mencapai Rp 4,09 triliun atau sekitar (17,8 persen) dibanding Ramadhan dan Lebaran tahun 2012 lalu,” jelas Sutikno, di Semarang, Kamis (11/7).
Prediksi lonjakan kebutuhan uang ini, Jelas Sutikno, tak lepas dari harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi di tengah masyarakat dan penyaluran bantuan langsung sementara masyarakat (BLSM).
Pertimbangan penghitungan lonjakan kebutuhan uang ini juga terkait penambahan jumlah mesin anjungan tunai mandiri (ATM). “Meski demikian BI menjamin stok uang tunai untuk memenuhi kebutuhan masyarakat mencukupi,” ujarnya.
Kepala Divisi Kajian Moneter, Putra Stefanus menambahkan, kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang membuat biaya transportasi dan harga barang naik sehingga nilai rupiah menjadi berkurang.
Kondisi tersebut membuat jumlah kebutuhan uang tunai masyarakat akan meningkat. Selain itu, kebijakan bantuan langsung sementara masyarakat (BLSM) membuat masyarakat terdorong untuk membelanjakan uangnya lebih banyak.
Hal yang paling fundamental, kondisi ini juga menjadi indikator faktor pertumbuhan ekonomi yang semakin bagus. “Dengan pertumbuhan ekonomi maka jumlah uang yang dibutuhkan makin banyak,” jelasnya.
BI Wilayah V mencatat sejak 1 Juli hingga Selasa (10/7) kemarin sudah terasa adanya peningkatan kebutuhan uang tunai dari masyarakat. Pada jelang hingga awal Ramadan tersebut, nominal penyaluran uang tunai mencapai Rp 2,5 miliar per hari untuk sekitar 400 orang.
“Jumlah itu lebih banyak dua kali lipat jika dibanding hari biasa, yang hanya sebesar Rp 1 hingga Rp 1,5 miliar per hari untuk 100 sampai 200 orang,” jelas Putra.