REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN — Selama bulan Ramadhan ini, Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Semarang, terus melakukan pemantauan terhadap peredaran daging di sejumlah pasar tradisional.
Hal ini untuk mewaspadai ulah nakal oknum penjual daging, yang menghalalkan segala cara untuk meraup keuntungan dari lonjakan kebutuhan daging selama Ramadhan hingga jelang Idul Fitri nanti.
Kepala Disnakkan Kabupaten Semarang, Agus Purwoko Djati mengatakan, kewaspadaan ini ditingkatkan menyusul adanya temuan daging sapi yang dicampur dengan daging babi hutan (celeng), baru-baru ini.
Daging oplosan’ tersebut berhasil diamankan petugas, dari seorang oknum penjual daging di Pasar Babadan. "Atas temuan ini, kami terus meningkatkan pengawasan di lapangan," ujarnya saat dikonfirmasi wartawan, di Ungaran, Kamis (11/7).
Ia menambahkan, penjualan daging yang dioplos dengan daging babi hutan ini ditemukan setelah petugasnya curiga dengan warna daging sapi yang dijual oleh oknum pedagang tersebut.
Setelah diambil sampelnya dan diteliti, ternyata daging sapi tersebut telah dicampur dengan daging celeng. Atas tindakan yang dilakukannya, oknum penjual daging tersebut diamankan dan diberi pembinaan.
Untuk mengantisipasi agar ulah nakal ini tidak dilakukan lagi, Disnakkan Kabupaten Semarang terus meningkatkan pengawasan terhadap para pedagang di sejumlah pasar tradisional yang ada di wilayahnya.
Di luar pengawasan, Agus melanjutkan, pihaknya juga banyak memberikan imbauan agar para pedagang tidak merugikan konsumen dengan tindakan- tindakan yang tidak terpuji, seperti mengoplos daging yang diharamkan bagi umat muslim.
"Beberapa hari ini, kami pantau pedagang di sejumlah pasar. Sementara tidak ditemukan pedagang yang menjual daging sapi yang dioplos dengan daging celeng, atau daging sapi glonggongan." Agus melanjutkan.
Bupati Semarang, dr H Mundjirin ES SpOG mengaku prihatin dengan ulah oknum pedagang daging yang nakal ini. Ia bahkan juga sudah menerima laporan temuan oplosan daging sapi dengan daging babi hutan ini.
"Jangan sampai masyarakat, khususnya umat muslim dirugikan karena ulah nakal segelintir pedagang daging ini. Pengawasan di pasar- pasar tradisional harus ditingkatkan," katanya melanjutkan.
Sementara itu, berdasarkan penelusuran di Pasar Babadan, sejumlah pedagang di los daging mengaku tidak berani melakukan kecurangan dengan menjual daging sapi yang dioplosan dengan daging babi.
"Kami tidak akan berani melakukannya. Karena tindakan itu juga akan merugikan kami sendiri," ungkap Murwati (45), salah seorang pedagang di los daging Pasar Babadan.
Ia bahkan menjamin --untuk pedagang yang di los daging-- tidak ada yang menjual daging sapi oplosan seperti yang dimaksud. "Tapi tidak tahu di luar los ini, karena di di pasar ini juga ada penjual pasar pagi," ujarnya.