REPUBLIKA.CO.ID, REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Kebersihan merupakan hal yang didamba bagi semua orang. Karena dari kebersihan, dapat melahirkan pola hidup sehat. Saat bulan Ramadhan ini, kebersihan pun tetap harus terjaga. Baik kebersihan jasmani maupun rohani. Kebersihan jasmani meliputi bersih badan dan anggota tubuh sewaktu hendak melakukan ibadah. Sedangkan bersih rohani, bersihnya hati dari berbagai penyakit hati.
Bersih jasmani bagi orang yang berpuasa patut dipelihara, termasuk kebersihan mulut. Saat berpuasa, umat Muslim hanya menyikat gigi saat sahur dan berbuka. Oleh karenanya mengapa orang yang berpuasa dianjurkan untuk bersiwak.
Dalam suatu hadits, Rasulullah SAW bersabda: "Shalat dengan bersiwak itu lebih utama daripada 70 shalat tanpa bersiwak lebih dahulu." Dalam hadits yang diriwayatkan Bukhori dan Muslim, Rasul bersabda, "Andaikan aku tidak khawatir memberatkan atas umatku, niscaya aku wajibkan atas mereka bersiwak (gosok gigi) pada tiap-tiap shalat."
Hadits tersebut memberikan isyarat bahwa Rasul menginginkan umatnya untuk senantiasa membersihkan gigi setiap hendak melakukan shalat, jika umat tersebut tidak merasa keberatan. Karena, bersiwak merupakan sunnah yang sangat dianjurkan. Tak sekedar dianjurkan, bersiwak (menyikat gigi) juga dapat mempengaruhi kesehatan gigi, gusi, tenggorokan, dan mulut.
Dalam hadits lain yang diriwayatkan Imam Bukhori juga disebutkan, "Hendaklah kalian selalu bersiwak. Karena dalam bersiwak itu ada sepuluh perkara terpuji. Sepuluh perkara tersebut yaitu:
Pertama, dapat membersihkan mulut. Bersiwak, yang saat ini lebih masyhur disebut dengan sikat gigi jelas dapat membersihkan mulut. Tak hanya membersihkan mulut, menyikat gigi secara rutin dan benar juga mempengaruhi kesehatan gigi dan gusi.
Kedua, membuat Allah ridho. Tak diragukan lagi, sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan orang yang membersihkan diri. Berwudhu, mandi, bahkan menyikat gigi ialah kegiatan yang ditujukan demi bersih dan sucinya anggota tubuh. Tiada hal yang dapat menghalangi ridho Allah untuk seorang hamba yang berniat membersihkan diri dalam rangka beribadah dan dekat kepada-Nya.
Ketiga, membuat setan marah. Mengapa setan bisa marah jika kita menggosok gigi? Sebab setan tidak suka terhadap hal-hal yang bersih. Jika kita bersiwak, itu berarti kita membersihkan diri dan menghindari diri dari kekotoran. Karena setan lebih menyukai hal-hal yang kotor, ia murka terhadap hamba-hamba Allah yang senantiasa menerapkan hidup bersih dan sehat.
Keempat, dicintai Allah dan malaikat pencatat amal. Segala sesuatu yang diniatkan dari hati, pasti akan dicatat oleh Allah dan malaikat pencatat amal baik. Karena Allah amat mencintai kebersihan dan keindahan, tentu Allah juga mencintai hamba-hambaNya yang beristiqomah untuk menerapkan gaya hidup bersih dan sehat. Dengan menyikat gigi secara teratur demi terciptanya kesehatan jasmani, insya Allah perbuatan tersebut dinilai Allah sebagai ibadah.
Kelima, dapat menguatkan gusi. Rutinitas menggosok gigi, jika dilakukan secara benar tentu dapat bermanfaat bagi kesehatan dan kekuatan gusi. Dalam ilmu kesehatan gigi, makanan yang kita konsumsi, setidaknya terdapat zat asam. Zat asam tersebut dapat mengikis email pada gigi. Dapat terbayangkan jika kita jarang menyikat gigi. Jangka panjangnya, email pada gigi tersebut dapat membentuk lubang-lubang mikro.
Keenam, dapat menghilangkan lendir (pada tenggorokan). Tenggorokan kita tidak 24 jam dalam keadaan bersih. Adakalanya lendir-lendir timbul dan membuat kesehatan mulut dan tenggorokan terganggu. Lendir itu pun akan timbul jika intensitas menyikat gigi kita sangat jarang. Oleh karenanya mengapa disunnahkan menyikat gigi sebelum shalat, fungsi utamanya ialah kesehatan dan kesegaran saluran pencernaan tetap terjaga.
Ketujuh, dapat menyegarkan napas. Selain bermanfaat untuk kesehatan gigi dan gusi, menyikat gigi juga dapat menyegarkan napas. Pada zaman Nabi SAW, siwak yang dipilih pun tentunya berkualitas. Meski tidak terdapat fluoride, kayu siwak yang Nabi gunakan sebelum beliau melaksanakan shalat mampu membersihkan gigi, gusi dan memberikan kesegaran pada napas.
Kedelapan, dapat membersihkan mulut dari cairan yang tidak berguna. Dalam mulut dan gigi kita tentu terdapat bakteri dan kuman jika jarang dibersihkan. Cairan yang tidak berguna, saat bercampur dengan lendir ditambah frekuensi menyikat gigi yang jarang, akan menyebabkan karies tumbuh di sela-sela gigi.
Kesembilan, dapat menguatkan pandangan mata. Jika kita menelaah kembali etika atau adab menuntut ilmu dalam kitab Ta’lim Muta’lim, kitab yang telah dipakai sebagai pegangan dalam menuntut ilmu menyebutkan bahwa bersiwak (menyikat gigi) secara rutin dan benar dapat menguatkan pandangan mata. Mengapa? Jika kesehatan mulut terjaga, penglihatan pun dapat bekerja secara maksimal. Ringkasnya, kesehatan gigi dan mulut mempengaruhi fungsi panca indera, termasuk mata.
Kesepuluh, dapat menghilangkan bau busuk di mulut. Menyikat gigi secara teratur dan benar tentu selain gigi, gusi dan pernapasan sehat, bau tak sedap di mulut pun akan berkurang. Sehingga, dalam kondisi berpuasa, tak perlu lagi merasa mulut kita mengeluarkan bau tak sedap. Puasa, jika diimbangi dengan keteraturan kita membersihkan gigi, tentu akan menghasilkan puasa yang maksimal. Insya Allah.