REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Buku pelajaran Bahasa Indonesia kelas VI SD di sejumlah sekolah di Kota Bogor, Jawa Barat ditarik dari peredaran. Buku setebal 145 halaman tersebut diketahui memuat konten benuansa pornografi yang tidak pantas untuk dikonsumsi anak-anak.
Pengamat pendidikan Darmaningtyas merasa heran dengan insiden masuknya unsur porno ke dalam buku pelajaran anak-anak. "Kenapa konten porno yang selalu menjadi sumber masalah, kenapa bukan kekerasan atau tema mengganggu lainnya yang masuk ?, para penulis tersebut layak untuk dipertanyakan," kata dia ketika dihubungi Republika di Jakarta, Jumat (12/7).
Darma mengatakan, ia melihat konten porno yang dibubuhkan penulis ke buku pelajaran anak tidak memiliki makna positif apapun. Dari segi sastra, kata dia, bahasa yang digunakan dalam buku berjudul Aku Senang Belajar Bahasa Indonesia itu pun tidak bagus.
Selain itu, menurutnya dengan jenis cerita yang mengandalkan unsur porno, maka tidak akan ada pesan moral apapun yang diraih oleh pembacanya. "Tidak ada bagus-bagusnya. Ini penulis dan penerbitnya harus diawasi bersama-sama, mereka tidak memperlihatkan jiwa kependidikannya," ujar Darma.
Darma berujar memang belum ada kasus buku berkonten porno yang sampai penulisnya dilaporkan hingga menerima sanksi hukum. Tapi ada cara yang cukup jitu nan sederhana untuk memberi efek jera kepada para penulis,
"Mereka (penulis) mengarang buku untuk cari uang, stop saja jangan beli lagi ke mereka, rugi sendiri, itu sudah bikin mereka kapok," kata dia.
Seperti diketahui, buku karangan dua akademisi asal salahsatu Universitas di Provinsi Banten ini menuai kecaman dari orang tua murid di beberapa sekolah di Kota Bogor. Buku yang beredar di lima sekolah, yaitu SDN Polisi I sampai SDN Polisi V, Paledang, Bogor Tengah ini sudah diminta untuk ditarik.
Orang tua murid pun diminta untuk mengembalikan buku yang sudah mereka beli kepada pihak sekolah. Peristiwa ini bukan pertama kali terjadi di dunia pendidikan Indonesia. Oktober tahun lalu, sejumlah sekolah di Solo, Jawa Tengah juga pernah mendapati buku yang mereka gunakan memuat kata-kata porno.