REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Korea Selatan melakukan penyelidikan bahwa puluhan pengungsi Korea Utara ditahan pemberontak di Myanmar dan memaksa mereka bekerja di ladang opium, kata pegiat pada Jumat.
Penyelidikan itu dilakukan setelah laporan menyebut 64 pengungsi ditahan di kampung pemberontak di timurlaut, Tachilek, kota di perbatasan Myanmar dengan Thailand.
Pengungsi itu ditangkap ketika berusaha mengunjungi Thailand setelah meninggalkan negara mereka, yang dilanda kemiskinan, kata Yonhap.
Aktivis Korsel Kim He-Tae mengemukakan kepada Yonhap bahwa para pengungsi itu dipaksa bekerja di ladang opium yang dikuasai pemberontak dengan para sandera pria mengurus tanamam popy dan wanita memproses narkoba atau pabrik alkohol.
Kim, yang bekerja bagi satu kelompok yang bermarkas di Seoul untuk meningkatkan hak asasi manusia di Korut, mengatakan pemberontak meminta 5,000 dolar untuk masing-masing sandera dan meminta bantuan pemerintah menjamin pembebasan mereka, kata Yonhap.
Kantor berita itu tidak menyebut secara khusus kelompok pemberontak yang terlibat dalam penahanan itu. Satu badan pemerintah terkait kini sedang berusaha mencari kebenaran tentang laporan seperti itu," kata juru bicara Kementerian Unifikasi Korsel, Kim Myung-Suk kepada wartawan.
Myanmar adalah produser opium terbesar kedua dunia bahan mentah bagi heroin setelah Afghanistan, yang menghasilkan 10 persen produksi internasional, kata data PBB.