Sabtu 13 Jul 2013 02:55 WIB

Obama Akan Telepon Putin

Presiden AS Barack Obama.
Foto: AP Photo/Charles Dharapak
Presiden AS Barack Obama.

REPUBLIKA.CO.ID,  WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat Barack Obama akan berbicara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada Jumat (13/7) malam, demikian diungkapkan oleh Gedung Putih.

Gedung Putih mengatakan hal itu beberapa jam setelah bekas pegawai kontrak badan intelijen AS, Edward Snowden, menyebutkan ia akan mencari suaka sementara di Rusia.

Juru bicara Gedung Putih Jay Carney mengatakan pembicaraan melalui telepon itu telah dijadwalkan selama beberapa hari yang lalu. "Menurut saya hal itu bukan satu-satunya topik yang akan dibahas," kata Carney ketika ditanya apakah percakapan telepon hanya akan menyentuh masalah Snowden.

"Saya tidak mau membuat perkiraan atau mengungkapkan pernyataan presiden yang belum disampaikan."

Ia mengatakan pemerintahan Obama telah menjalin komunikasi dengan negara-negara di seluruh dunia untuk menyampaikan bahwa Amerika Serikat menginginkan agar Snowden, warga AS yang telah membocorkan informasi soal program pengintaian rahasia oleh AS, dikembalikan guna menghadapi tuntutan hukum di Amerika Serikat.

Snowden telah berada dalam ketidakpastian status kewarganegaraan di sebuah bandar udara sejak ia tiba dari Hong Kong pada 23 Juni lalu.

Ketika ditanya dampak-dampak yang ditimbulkan jika ternyata Rusia memberikan suaka kepada Snowden, Carney mengatakan "tindakan memberikan sarana propaganda bagi Bapak Snowden akan berlawanan dengan pernyataan sebelumnya yang diberikan pemerintah Rusia tentang sikap Rusia yang tidak berpihak."

Ia mengatakan hal itu "juga bertentangan dengan jaminan-jaminan yang telah diberikan Rusia bahwa mereka tidak ingin Bapak Snowden merusak lebih jauh kepentingan-kepentingan AS."

Di Moskow, juru bicara Presiden Vladimir Putih sebelumnya mengulang pernyataan tentang syarat-syarat yang harus dipenuhi Snowden jika ia menginginkan suaka dari Rusia, yaitu ia harus berhenti melakukan tindakan-tindakan yang merugikan kepentingan Amerika Serikat.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement