Sabtu 13 Jul 2013 14:50 WIB

Petugas Lapas Medan Tak Siap Antisipasi Kerusuhan

Rep: Ira Sasmita/ Red: Karta Raharja Ucu
Seorang polisi mengamati Lapas Klas I Tanjung Gusta Medan yang terbakar akibat kerusuhan, Kamis (11/7). Kerusuhan dipicu lampu padam dan matinya air PDAM dan menyebabkan kaburnya para napi di penjara tersebut.
Foto: Antara/Irsan Mulyadi
Seorang polisi mengamati Lapas Klas I Tanjung Gusta Medan yang terbakar akibat kerusuhan, Kamis (11/7). Kerusuhan dipicu lampu padam dan matinya air PDAM dan menyebabkan kaburnya para napi di penjara tersebut.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Psikolog forensik, Reza Indragiri memandang, kerusuhan di Lapas Tanjung Gusta, Medan, Sumatra Utara, biasa dan bisa terjadi di lapas seluruh dunia.

Namun, yang luar biasa dari kerusuhan di lapas berpenghuni 2.600 orang itu adalah ketidaksiapan petugas dalam mengantisipasi kejadian tersebut.

"Yang namanya tempat seperti lapas, harus diantisipasi terjadi kekerasan dan kejahatan sewaktu-waktu," katanya dalam diskusi bertema 'Gelap Mata di Tanjung Gusta' di Jakarta, Sabtu (13/7).

Sebelumnya budayawan, Hasanuddin Massaile, menilai, kerusuhan di lapas Tanjung Gusta sebagai wujud buruknya manajemen lapas di Indonesia. Sebab, gejolak kekerasan di lapas harusnya tidak perlu terjadi bila pembinaan berjalan baik.

"Ada yang katakan manajemen lapas itu, manajemen Bismillahirrahmanirrahim. Artinya berdoa saja supaya tidak ada gejolak," kata mantan sekjen Kemenkumham ini.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement