REPUBLIKA.CO.ID, MADIUN -- Produksi cincau hitam atau janggelan hasil industri rumah tangga di Desa Jatisari, Kecamatan Geger, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, meningkat signifikan saat bulan Ramadhan akibat tingginya permintaan konsumen.
Pembuat cincau setempat, Arifin, mengatakan, produksi cincau saat hari biasa di tempatnya hanya berkisar antara satu hingga tiga drum, setiap drumnya bisa menghasilkan 18 ember cincau. Kali ini produksinya bisa mencapai lebih dari 10 drum cincau.
"Permintaan cincau atau janggelan selalu banyak setiap bulan puasa. Ini karena cincau dijadikan minuman pilihan untuk berbuka," ujar Arifin, kepada wartawan, Sabtu (14/7).
Untuk memenuhi kebutuhan dan permintaan konsumennya, ia harus mengerahkan sejumlah karyawannya untuk melakukan produksi dari subuh hingga menjelang tengah malam secara bergantian. Adapun para pembeli cincau tersebut tidak hanya dari Madiun saja. Tapi juga dari daerah lain seperti Ponorogo, Magetan, dan Ngawi.
"Ada yang beli untuk dikonsumsi sendiri, namun ada juga yang membeli untuk dijual kembali di pasar-pasar tradisional," kata dia.
Untuk harga, Arifin mematok sebesar Rp 12.000 per ember. Harga tersebut meningkat seiring banyaknya permintaan. Adapun saat hari biasa ia hanya menjual seharga Rp 10.000 per ember.
Sementara, untuk bahan baku pembuatan cincau hitam tersebut didapatkan dari luar kota seperti, Magetan dan Pacitan. Bahan bakunya berupa daun cincau yang dipetik dari tumbuhannya langsung. Sayang, tumbuhan cincau tersebut sulit ditemukan di wilayah Madiun.
"Kami memesan daun cincau hitam sampai dari Pacitan dan Magetan, sebab di Madiun sulit untuk menemukan tumbuhan tersebut," tambahnya.