REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Filipina telah mencapai kesepakatan dengan kelompok gerilyawan Muslim terbesar di negara tersebut untuk berbagai kekayaan sumber daya alam Mindanao. Dalam laporan BBC, Front Pembebasan Islam Moro (MILF) akan menerima 75 persen dari sumber daya emas, tembaga, dan tambang lain dari pulau selatan.
Hasil itu didapat setelah negosiasi panjang yang mengakhiri konflik 40 tahun yang membuat 120 ribu orang tewas. Namun, kelompok tersebut tidak dalam pembicaraan tentang berlanjutnya serangan terhadap tentara nasional.
Dua tentara dan lima gerilyawan tewas dalam penyergapan faksi Pejuang Bangsa Moro Pembebasan Islam, Sabtu (13/7). Ahad (14/7), telah dicapai perjanjian setelah enam hari pembicaraan di ibu kota Malaysia, Kuala Lumpur. Perjanjian menambahkan rincian rancangan kesepakatan, Kerangka Perjanjian Bangsamoro, yang ditandatangani pada Oktober lalu.
Dalam kerangka itu, pemerintah Filipina sepakat untuk memberi warga Muslim di Mindanao otonomi yang lebih di wilayah selatan, daerah tempat umat Islam merupakan mayoritas di negara yang sebagian besar Katolik tersebut.
Analis Asia BBC, Michael Bristow mengatakan, kesepakatan tersebut membuat kedua belah pihak menemukan perjanjian perdamaian yang mengakhiri konflik panjang. Namun, kesepakatan masih harus dilaksanakan seperti bagaimana pelucutan senjata pemberontak dan berapa otonomi yang akan mereka dapat.
Dua pihak juga sepakat membagi dua pendapatan dari sumber energi dalam jumlah yang sama besar. Pemerintah di Manila mengatakan kegagalan untuk melaksanakan kesepakatan ini dapat membuat pihak-pihak terus berkonflik. Kepala Negosiator Pemerintah, Miriam Coronel-Ferrer mengatakan kesepakan perdamaian final akan ditandatangani setelah Ramadhan.