REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti Lembaga Pengkajian, Penelitian, dan Pengembangan Ekonomi (LP3E) Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Ina Primiana, mengibaratkan kebijakan pemerintah untuk mengendalikan harga bahan pokok seperti pemadam kebakaran.
Ina juga menyebutkan bahwa pemerintah gagal mengendalikan pasokan. “Sebenarnya kejadian kenaikan harga bahan-bahan pokok saat puasa dan lebaran terjadi berulang kali. Tetapi pemerintah tidak pernah belajar dari pengalaman sebelumnya,” ujarnya saat dihubungi, Selasa (16/7).
Akibatnya, dia menambahkan, yang menjadi korban adalah masyarakat karena terpaksa membeli barang dengan harga yang lebih mahal. Dia mengakui bahwa harga bahan pokok turun setelah kemarahan presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono karena harga daging sapi yang belum turun. “Namun efeknya tidak banyak,” ujarnya.
Menurutnya, pemerintah harus mencari tahu di mana letak masalah atau kemacetannya. Dia mengatakan, kebijakan pemerintah untuk mengendalikan harga seperti pemadam kebakaran. “Artinya, jika pasokan kurang maka pemerintah langsung mengimpor dan dilakukannya mendadak,” tuturnya.
Kebijakan tersebut, dia menambahkan, rentan memunculkan oknum-oknum tertentu uang mengambil keuntungan. Belum lagi impor yang membutuhkan pesawat yang notabene membutuhkan biaya mahal. Dia mempertanyakan kenapa pemerintah tidak menyesuaikan dengan daya beli masyarakat.
Lebih lanjut Ina mengatakan, seharusnya pemerintah sudah mengetahui manajemen persediaan apa yang akan dilakukan, sampai jumlah stok berapa. Selain itu, pemerintah harus terbuka ke masyarakat. Dia menambahkan, kalau pun harus membuka keran impor, seharusnya pemerintah memiliki target untuk mengurangi impor dan tidak mendadak.