REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) memproyeksikan lebih dari 48 juta orang di 34 negara anggota OECD akan kehilangan pekerjaan hingga akhir 2014. Hal tersebut terungkap dalam laporan tahunan mengenai 'Prospek Pekerjaan OECD' yang dirilis OECD, Selasa (16/7).
Dalam laporan tahunan tersebut disebutkan bahwa di wilayah OECD tingkat pengangguran akan turun hanya sedikit selama 18 bulan ke depan, dari delapan persen pada Mei 2013 menjadi 7,8 persen pada akhir 2014. "Hanya turun setengah persentase poin dari tingkat puncaknya yang tercapai pada 2009, dengan orang-orang muda dan yang berketerampilan rendah terpukul paling keras," demikian bunyi laporan tersebut.
Data baru yang dirilis OECD juga menunjukkan bahwa jumlah pencari kerja pada akhir 2014 akan mencapai hampir 16 juta lebih daripada awal krisis tahun 2007. Sedangkan negara-negara zona euro yang terlilit utang sebagian besar memiliki tingkat pengangguran tertinggi. OECD pun memproyeksikan untuk kenaikan lebih lanjut dalam pengangguran di kawasan 17 negara anggota zona euro dengan tingkat mencapai rekor baru sebesar 12,3 persen dalam 18 bulan mendatang.
Namun, laporan ini mengungkapkan melebarnya kesenjangan antarnegara-negara. Tingkat pengangguran diperkirakan akan naik menjadi 11,2 persen di Prancis, sekitar 12,5 persen di Italia, dan 27,8 persen di Spanyol. Sedangkan Yunani berada di urutan teratas, dengan tingkat pengangguran sebesar 28,2 persen sampai akhir 2014.
OECD memperkirakan tingkat pengangguran akan turun menjadi 6,7 persen di Amerika Serikat, dan 4,7 persen di Jerman selama periode yang sama. Sejak 2007 ketika krisis keuangan global dimulai, permintaan agregat tetap lemah, mengakibatkan penurunan cukup besar dalam produk dan pasar tenaga kerja yang berarti bahwa di banyak negara masih ada kekurangan siklus besar dalam lapangan pekerjaan yang diukur dengan kesenjangan pekerjaan.
"Bekas luka sosial dari krisis masih jauh dari sembuh," kata Sekretaris Jenderal OECD Angel Gurria saat peluncuran laporan tahunan tersebut di Paris, Selasa (16/7).
"Banyak negara-negara kami terus berjuang dengan pengangguran yang tinggi dan terus-menerus, khususnya di kalangan kaum muda," tambah Gurria.