REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Tidak ada yang istimewa dalam menyambut puasa Ramadhan di Turki. Meski penduduk negara bekas Kesultanan Ustmani mayoritas Muslim, suasana Ramadhan dan bulan lainnya sama saja. Bahkan, restoran dan kafe-kafe masih buka pada bulan puasa ini.
Tidak ada peraturan yang mewajibkan restoran tutup pada bulan puasa. Dari anak muda sampai dengan tua, tanpa rasa malu minum ataupun makan di kafe pinggir jalan. Di pagi hari, mereka tetap menikmati sarapan dan segelas air teh hangat.
Walaupun demikian, Pemerintah Kota Ankara tahun ini menyediakan buka puasa gratis di sembilan titik utama di ibu kota Turki.
Kesembilan titik itu adalah Masjid Haji Bayram, Genclik Park alias Taman Pemuda, Guven Park, Kecioren, Pasar Sincan, Stasiun Metro OSTIM, Abidin Pasa Makro Market, Siteler Girisi Ust Gecit Ayagi, dan Terminal Bus ASTI.
Puasa pada musim panas di Turki ini lebih dari 17 jam. waktu imsak di Ankara, misalnya, pukul 03.26 dan buka puasa pukul 20.30. Cuaca terik pada musim panas juga merupakan ujian lainnya selain durasi yang panjang.
Ini memang bukan kali pertama cuaca cukup terik. Tahun lalu, suhu udara sempat mencapai 45 derajat Celsius. Puasa lebih ringan jika dilakukan pada musim dingin. Dengan waktu berpuasa hanya 10 jam. Tapi, siklusnya ini bisa berlangsung lama, 15 sampai 20 tahun.
Di hari ketiga puasa, semaraknya suasana berbuka tampak di Masjid Haji. Buka puasa disediakan langsung oleh Wali Kota Ankara Melih Gokcek. Setibanya di pelataran salah satu masjid tertua di Ankara itu, para pengunjung sudah memenuhi masjid.
Ada beberapa pengunjung yang sengaja datang bersama keluarga dan membawa makanan pembukaan. Mereka membawa karpet dan menggelar di taman masjid.
Di halaman masjid yang terletak di Ulus ini sudah disediakan tenda besar untuk berbuka bersama. Satu jam setengah sebelum berbuka antrean sudah mengular sepanjang belasan meter.
Sementara, makanan dibagikan setengah jam sebelum berbuka. Menu buka puasa di tempat ini ada empat macam, nasi, sup, lauk pauk, dan salad, ditambah dua buah kurma dan sebotol air minum.
Sebenarnya, tidak ada makanan khusus Ramdhan. Menu buka puasa di pusat Ramadhan pun sama saja dengan menu makanan di kantin kampus atau kantin asrama.
Yang menarik dari berpuasa di sini adalah undangan buka puasa bersama di wisma KBRI Ankara atau diundang buka puasa oleh WNI di rumahnya. Undangan seperti ini hukumnya wajib datang bagi para pelajar. Selain untuk silaturahim, juga untuk menyantap masakan Indonesia. Biasanya, disedikana takjil kolak atau es buah.
Godaan terbesar dalam menjalankan ibadah puasa Ramadhan di Turki adalah masih banyak warga setempat yang tidak berpuasa.
Restoran yang menjajakan makanan masih dikunjungi oleh para konsumen. Ini disebabkan sistem negera Republik Turki yang sekuler. Artinya, aturan negara/pemerintah harus dipisah dengan aturan agama. Bahwa, soal ibadah adalah masalah pribadi dan negara tidak berhak mencampurinya.
Meski begitu, pada malam hari masjid-masjid penuh oleh jamaah shalat Tarawih. Puncaknya terjadi pada malam 27 Ramadhan. Masjid membeludak hingga pelataran, bahkan jika letak masjid di samping jalan, juga akan penuh oleh jamaah shalat Tarawih. Sebagian besar warga setempat percaya bahwa malam 27 Ramadhan adalam malam Lailatul Qadar, malam seribu bulan.
Puasa kali ini sebelumnya memang sempat dibayang-bayangi oleh aksi unjuk rasa yang dilakukan oleh kelompok tertentu terhadap pemerintah. Mereka menentang renovasi Taman Gezi. Tapi, keriuahan itu tidak terlihat di Ankara meski aksi ini sepertinya masih terus berlanjut di Istanbul.