REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ide pengusungan calon presiden dan wakil presiden melalui sistem konvensi oleh Partai Demokrat dinilai tidak mampu mendongkrak elektabilitas partai tersbeut. Dari hasil jajak pendapat yang dilakukan Pusat Data Bersatu (PDB), tingkat keterpilihan Demokrat tidak meningkat signifikan dari Januari hingga Juni 2013.
Peneliti PDB, Agus Herta, mengatakan pada survei yang digelar PDB pada Januari lalu, elektabilitas Demokrat mencapai 9.4 persen. Tetapi, saat PDB menggelar survei kedua pada Juni 2013, elektabilitas Demokrat justru merosot menjadi 9.4 persen. "Padahal ide konvensi itu sudah ramai dibicarakan sejak Januari lalu. Tapi ternyata tidak ada dampaknya sama sekali," kata Agus saat memaparkan hasil survei di Hotel Sahid, Jakarta, Rabu (17/7).
Elektabilitas yang cenderung tidak berubah, lanjut Agus, tidak hanya terjadi pada Partai Demokrat. Secara keseluruhan, jika dibandingkan dengan survei pada Januari 2013, elektabilitas 12 parpol peserta pemilu tidak mengalami perubahan berarti.
PDI Perjuangan dan Golkar masih menempati urutan teratas dengan elektabilitas 14,53 persen dan 14,1 persen. Kemudian Partai Demokrat (9,4 persen), Partai Gerindra (8,89 persen), Partai Nasdem (3,33 persen), PAN (2,56 persen). PKB (2,56 persen), PPP (2,31 persen), PKS (1,2 persen), Hanura (1,03 persen), PBB (0,34 persen), dan PKPI (0,09 persen).
Pemilih golput sebanyak 2,39 persen, pemilih rahasia (15,81 persen), dan pemilih yang belum menentukan pilihan sebanyak 21.11 persen. Yang paling mengkhawatirkan, jelas Agus, pemilih yang belum menentukan pilihannya (swing voters) justru meningkat. Dari 28,6 persen pada Januari, menjadi 39,31 persen pada Juni 2013.
Menurutnya, masyarakat mengalami kekecewaan terhadap partai politik. Tetapi, kekecewaan terhadap satu atau dua parpol tidak serta merta dialihkan dengan memilih partai lain. "Masyarakat yang kecewa justru mengalihkan suaranya menjadi pemilih golput atau swing voters," jelasnya.