REPUBLIKA.CO.ID,PESHAWAR -- Taliban meminta Malala Yousafzai untuk kembali pulang dan belajar di Madrasah. Meski ia berharap penembakan terhadap Malala tak pernah terjadi, namun ia juga menuduh gadis itu memiliki agenda Barat dalam pidatonya.
Al Jazirah melaporkan, dalam surat terbuka yang dirilis kemarin, anggota Tehreek e Taliban Pakistan, Adnan Rasheed meminta Malala untuk pulang ke rumah.
Ia pun juga meminta Malala untuk belajar lebih dalam tentang Islam dan budaya Pashtun. Langkah paling tepat menurut dia adalah bergabung dengan madrasah Islam untuk mempelajari Alquran. ''Menggunakan pena anda untuk Islam serta masyarakat Islam yang menderita,'' ujarnya dalam surat yang telah dikonfirmasi keasliannya oleh kantor berita AFP melalui tokoh senior Taliban.
Mantan staf Angkatan Udara Pakistan setelah meminta, kemudian menuduh Malala sengaja mengkampanyekan sekolah untuk melawan pejuang Taliban. Ia juga menyatakan Malala mempromosikan sistem pendidikan para penjajah Inggris. Sehingga akan menghasilkan pemuda-pemudi berdarah Asia namun bercita rasa Inggris.
Ia pun meminta Malala lebih fokus belajar Islam dan jangan mensponsori ajaran kurikulum setan atau sekuler. Ia yakin Malala saat ini digerakkan oleh orang lain, meski yang berbicara dan berpidato adalah ia sendiri. ''Sungguh menakjubkan anda berteriak pendidikan, anda dan PBB juga berpura-pura bahwa anda ditembak demi pendidikan...bukan untuk pendidikan, tapi propanda anda adalah masalahnya,'' tutur dia dikutip dari AFP, Rabu (17/7).
Jumat pekan lalu, Malala menyampaikan sebuah pidato di depan majelis PBB. Dalam pidato tersebut ia mengatakan akan terus mengampanyekan kepada tiap anak perempuan untuk sekolah dan memperjuangkan pendidikan yang layak. Ia pun meyakinkan bahwa ia tak bisa dibungkam oleh Taliban. Ia bahkan menyebut pena lebih tajam dari pedang.
Pidato di depan PBB adalah penampilan pertama ia sejak di serang oleh sekelompok orang bersenjata. Malala Yousafzai, sekarang berusia 16 tahun, ditembak dari jarak dekat oleh kelompok bersenjata Taliban, Oktober silam. Ketika itu ia baru saja pulang sekolah di Lembah Swat di barat laut Pakistan. Dia diterbangkan ke Inggris untuk menjalani pengobatan dan belum kembali ke Pakistan karena ancaman keras Taliban terhadapnya