REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten (BJB) memprediksikan pertumbuhan kredit akan melambat pada semester II-2013. Hal tersebut disebabkan oleh inflasi dan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).
"Kemungkinan semester 2 tidak besar. Bisa turun. Kita melihat kondisi ekonomi juga," ujar Direktur Utama BJB, Bien Subiantoro, Jumat (19/7).
Inflasi dan kenaikan BBM utamanya akan berimbas pada sektor mikro. Pada kuartal II-2013, kredit mikro meningkat sebesar 51 persen atau mencapai Rp 5,51 triliun. Pertumbuhan kredit mikro pada akhir tahun diperkirakan hanya mencapai 40 persen.
BJB juga akan mengurangi laju pertumbuhan kredit komersial dan korporasi. Dengan adanya perlambatan kredit, BJB meyakini pendapatan masih akan sesuai dengan proyeksi awal BJB.
Sementara itu, kenaikan suku bunga acuan BI Rate tidak direspons BJB dengan menaikan suku bunga kredit. Bien mengatakan hingga saat ini BJB belum memiliki rencana untuk menaikan suku bunga kredit karena net interest margin (NIM) masih baik. NIM berada di level 8,2 persen.
Bien mengatakan posisi NIM tersebut di atas ekspektasi BJB sebesar 7,2 persen. Kenaikan BI Rate sebesar 75 bps dalam sebulan terakhir akan mengetatkan likuiditas. Oleh sebab itu, BJB akan menaikan bunga deposito secara bertahap dan melihat situasi. Kenaikan bunga deposito diperkirakan sebesar 50-100 bps.