REPUBLIKA.CO.ID, BANJUL -- Para pemimpin agama di Gambia mengecam propaganda yang dilakukan neara Barat dalam mendorong disepakatinya perkawinan sejenis. Hal itu disampaikan dalam khutbah Jumat (19/7) di berbagai masjid di seluruh negara itu.
Pengutukan tersebut berkumandang ketika Dewan Tertinggi Agama Islam Gambia mendesak para imam agar membuatnya jadi topik utama mereka dalam khutbah Jumat di negeri itu.
"Kita tak boleh mentolerir setiap perkawinan sejenis di negara kita sebab ini adalah Negara Muslim," kata Imam Alhagiw Abdoulie Fatty di hadapan jamaah selama Shalat Jumat di Masjid State House di Banjul, seperti dilansir dari Xinhua, Sabtu (20/7).
Ada hukuman berat bagi orang yang melakukannya, kata Imam State House tersebut. Imam itu juga adalah anggota Dewan Tertinggi Agama Islam Gambia. Umat Muslim mesti menghormati agama mereka guna menghindari masalah semacam itu, kata Imam Musa Colley dari Lembaga Agama Islam Tallinding selama khutbahnya di Majid di Tallinding.
"Perkawinan sejenis bukan sikap Islami, yang tak boleh diterima di negara kita. Kita tak boleh menerima perbuatan itu dalam kehidupan masyarakat kita," kata Imam Bakemo Fatty di Masjid Pusat Faji Kunda.
Gambia meraih kemerdekaan dari Inggris pada 1965 dan itu adalah negara yang mayoritas dari 1,8 juta warganya pemeluk Islam.