REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Ustaz Arifin Ilham
Ramadhan, bulan berlimpah kebaikan dan keberkahan. Bulan untuk kita ketam pahala dan anugerah-Nya. Tidak ada yang terlewati dari bulan suci ini kecuali semuanya merasakan kedamaian, ketenangan, dan kebahagiaan.
Di antara amalan yang akan mengundang kebaikan dan berpahala besar adalah mendekati dan membaca Alquran. Atau, istilah yang lazim kita dengar dan akrab pada bulan Ramadhan adalah tadarus Alquran. Inilah amalan yang tersirat dalam Alquran sebagai amalan yang mengundang keberkahan dan sekaligus mendesain Ramadhan kita menjadi terbaik.
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Alquran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil). Karena itu, barang siapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka) maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkannya itu pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (QS al-Baqarah [2]: 185).
Mendekati Alquran berarti membaca, merenungkan, menelaah, dan memahami wahyu-wahyu-Nya. Pada bulan inilah Alquran menemukan momentumnya. Syiarnya sangat berasa dan khas.
Di hampir pengeras-pengeras suara mushala atau masjid di negeri ini, Alquran didengungkan. Orang tua, ibu-ibu, bapak-bapak, remaja, dan anak-anak berhimpun bersama, memandangi mushaf, membaca, mempelajari, dan mengkajinya.
Tidak perlu merasa aneh karena aktivitas tadarus Alquran memang sudah melegenda dan turun temurun. Pada bulan inilah, Malaikat Jibril turun ke planet bumi untuk menyimak bacaan Alquran Rasulullah. Usman bin Affan biasa mengkhatamkan Alquran setiap hari sekali.
Imam Syafii mengkhatamkan Alquran sebanyak enam puluh kali. Al-Aswad setiap dua hari sekali, Qatadah setiap tiga hari sekali atau pada tiap malam pada 10 malam akhir bulan Ramadhan. Subhanallah.
Terkait larangan Nabi Muhammad SAW mengkhatamkan Alquran kurang dari tiga hari, Al-Hafidz Ibnu Rajab al-Hambali berkata, itu berlaku di luar Ramadhan. Sementara, pada bulan Ramadhan, apalagi pada 10 akhir Ramadhan, justru menjadi amalan utama.
Alquran disebut sebagai ma`dubatullah (hidangan Allah SWT), sebagaimana sabda Rasulullah SAW, “Sesungguhnya, Alquran ini adalah hidangan Allah maka kalian terimalah hidangan-Nya itu semampu kalian.” (HR Hakim).
Sungguh, Alquran merupakan suatu hidangan yang tidak pernah membosankan. Semakin dinikmati, semakin bertambah pula kenikmatannya. Oleh karena itu, setiap orang yang mempercayai Alquran akan semakin bertambah cinta kepadanya, cinta untuk mendekati dan membacanya, mempelajarinya, menghafalkannya, memahaminya, mengamalkannya, dan mengajarkannya.