REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Setiap tahun ribuan mayat warga Muslim diangkut dari Prancis ke tanah asal mereka di luar negeri. Warga muslim Prancis memilih menguburkan anggota keluarganya di luar negeri karena alasan nasionalisme dan tidak adanya kuburan Muslim di negara tersebut.
Dalam laporan di BBC, bisnis penguburan mayat di luar negeri tersebut mahal dan rumit karena melibatkan penerbangan, administrasi konsuler, dan penyedia pemakaman. Namun, mereka tetap memilih jalan tersebut karena terkait dengan kompleksitas identitas nasional.
Selain itu, Prancis memiliki kengganan untuk memberikan tanah kuburan karena masalah agama. Petugas pemakaman di Lille, Prancis Utara, Abdallah Hadid mengatakan 70 persen keluarga Muslim ingin jenazah dikirim ke Aljazair atau Maroko atau ke negara lain.
"Pada sebagian besar penerbangan dari Prancis ke kota-kota besar di Afrika Utara, ada mayat di dalamnya," ujar Hadid.
Biaya seluruh prosesi pemindahan mayat tersebut mencapai 2.500 euro. "Tapi, semakin banyak keluarga menggunakan perusahaan asuransi, membayar setiap tahun untuk memastikan ada uang untuk pemindahan ketika mereka mati," ujar Hadid.
Menurutnya, ada dua alasan mengapa jasad tersebut kembali ke kampung halaman. pertama, karena tarikan kenangan dan kesetiaan pada negara lamanya. Kedua adalah pertimbangan yang lebih praktis, tidak adanya pemakaman muslim di Prancis.
Prancis menyebut negaranya sekuler. Untuk 100 tahun terakhir, terjadi pemisahan ketat antara agama dan negara. Diperkirakan ada 4,5 juta Muslim di Prancis pada 2009. Islam menjadi agama kedua terbesar setelah Katolik Roma di Prancis.