Senin 22 Jul 2013 23:14 WIB

Kadin Anggap Serius Penurunan Keyakinan Terhadap SBY

Rep: Rr. Laeny Sulistyawati/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Presiden SBY.
Foto: IST
Presiden SBY.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA–Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menilai keyakinan yang merosot terhadap pemerintahan presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam bidang pemulihan ekonomi dipandang perlu mendapat perhatian serius. Pemerintah bersama pelaku bisnis nasional mesti menciptakan iklim ekonomi yang kondusif.

Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Pemberdayaan Daerah dan Bulog Natsir Mansyur mengacu pada hasil survei harian Kompas yang menunjukkan indeks keyakinan responden untuk pemulihan ekonomi yang dilakukan pemerintah berada di bawah 40 persen.

“Ini harus menjadi perhatian pemerintah, karena dampak yang ditimbulkan terhadap perekonomian nasional sangat besar,” katanya seperti dalam keterangan tertulis yang diterima Republika di Jakarta, Senin (22/7).

Ia menekankan perlu segera menghadirkan "Indonesia Incorporated" untuk mempercepat revitalisasi ekonomi  demi kepentingan nasional. Pihaknya yakin, di akhir pemerintahan SBY angka tersebut masih bisa dinaikkan asalkan mampu menyingkirkan egoisme sektoral Kementerian teknis di bawah Kementerian Koordinator bidang Perekonomian.

“Pemerintah harusnya bisa bersinergi dengan dunia usaha nasional, meninjau regulasi mana saja yang menghambat dan memberatkan pergerakan ekonomi dan bisnis, karena ekonomi bisnis selalu bergerak cepat,’’ ucapnya.

Ia menilai vitalisasi kebijakan di Kementerian teknis terkadang justru menghambat ekonomi dan bisnis. Selama ini, tambah dia, rekomendasi dunia usaha lambat diapresiasi oleh Kementerian teknis yang cenderung abai terhadap masukan-masukan yang diberikan.

“Kan sayang kalau begini pengusaha inginnya jalan cepat tapi Kementeriannya lambat merespon sehingga pelaku usaha perlu menunggu lama untuk merealisasikan bisnisnya,” ujarnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement