REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Dewan Muslim Inggris (MCB) mendesak pemerintah melakukan tindakan serius terkait penyerangan terhadap Muslim dan Masjid. MCB mengatakan telah terjadi eskalasi kekerasan yang belum pernah terjadi sebelumnya sejak pembunuhan Fusilier Lee Rigby Mei lalu.
Pemimpin organisasi, Farooq Murad, mengatakan mereka hidup dalam ketakutan. Seorang menteri dijadwalkan mengunjungi West Midlands hari ini setelah serangan terhadap Masjid di wilayah tersebut.
Seperti dilansir BBC, Senin (22/7), hingga Sabtu (20/7) akhir pekan lalu polisi West Midlands telah meminta keterangan seorang pria Ukraina berusia 25 tahun. Ia ditahan karena diduga terlibat dalam insiden di Walsall, Wolverhampton dan Tipton.
MCB mengatakan meningkatnya serangan secara nasional sejak kematian Fusilier Rigby harus mendapat respons serius dan segera oleh politisi, polisi dan aparat keamanan dalam negeri. Sekretaris Jenderal MCB Murad mengatakan setelah peristiwa di Woolwich terjadi peningkatan yang signifikan dalam kejahatan dan kebencian antiMuslim di Inggris.
"Masyarakat dengan sabar menanggung beban serangan ini. Meski demikian, belum ada upaya nasional terkoordinasi untuk memastikan serangan jenis ini tidak pernah terjadi lagi," ujarnya.
Menurutnya, tidak seharusnya komunitas minoritas menjadi target kejahatan semacam itu. Ia menambahkan ada kebutuhan mendesak bagi pemerintah dan polisi untuk menanggapi dengan strategi nasional yang terkoordinasi untuk mencegah serangan lebih lanjut.
"Bagi banyak komunitas Muslim di seluruh negeri ini, ada rasa takut yang teraba. Sementara polisi setempat melakukan semua yang mereka bisa untuk menyelidiki insiden ini, respons secara nasional jauh dari memuaskan," ujar Murad.
Sebelumnya, 11 Juli lalu sebuah bom meledak di Masjid Kanz-ul-Iman Central Jamia di Binfield Street, Tipton, Inggris. Polisi menyatakan kasus itu sebagai tindakan terorisme.